Selasa, 29 November 2016

hasil tugas kimia organik

Tugas kimia

organik

-AGUS SETIAWAN

1. mengidentifikaasi gugus fungsi

2. eksplorasi gugus fungsi dan sipatnya, contoh soal

3 ekplorasi praktikum uji gugus fungsi

MENGIDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

Judul : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik

Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari teknik pengukuran fisik untuk mengidentifikasi suatu

senyawa organik.

2. Uji kimia untuk mengidentifikasi gugus fungsional senyawa organik.

Pendahuluan

Senyawa kimia mempunyai sifat fisik dan kimia yang berbeda antara senyawa satu

dengan yang lainnya. Sifat fisik dan kimia bisa dilihat dari gugus fungsi yang menempel

pada senyawa. Gugus fungsi adalah kelompok atom dengan pola ikatan tertentu yang

bisa digunakan sebagai penanda. Gugus fungsi tersebut antara lain alkane, alkena,

alkuna, alkohol, alkanon, aldehida, ester, dan lain-lain (Sjaifullah,2008:6).

Masing – masing gugus fungsi tersebut memiliki ciri khusus karena ikatan yang dibentuk

tidak sama satu dengan yang lain. Alkohol memiliki gugus fungsi –OH, sedangkan

alkena memiliki ikatan hidrokarbon dengan dua ikatan rangkap.

Terdapat beberapa gugus fungsi selain alkohol dan alkena,, misalnya gugus karbonil.

Gugus karbonil mengandung gugus asil yaitu R-C=O yang terikat pada residu lain.

Gugus asil pada keton dan aldehid terikat pada atom C dan H yang tidak dapat

menstabilisasi muatan negative sehingga tidak dapat berperan sebagai gugus pergi

dalam reaksi substitusi (Nuriman, 2007).

Gugus fungsi dapat diidentifikasi dengan mereaksikan sampel dengan reagen tertentu.

Alkohol dapat diidentifikasi dengan metode Lucas, yaitu sampel uji ditambahkan dengan

reagen Lucas dan diamati perubahan yang terjadi. Metode tes kromat dilakukan dengna

menambahkan sedikit aseton dan asam kromat, kemudian diamati perubahan yang

terjadi. Metode iodoform dengan menambahkan sedikit NaOH, sedangkan metode tes

Feri klorida dengan menambahkan beberapa feri klorida. Metode reaksi dengan

Na2CO3 dan NaHCO3 dengan menambahkan zat tersebut ke dalam sampel yang akan

diidentifikasi (Dewi, 2013).

Hidrokarbon dapat diidentifikasi dengan beberapa uji, yaitu uji bromin dan uji Baeyer. Uji

bromin bertujuan untuk mengetahui pengaruh cahaya dalam mempercepat terjadinya

reaksi hidrokarbon. Hasil positif uji bromin apabila gas HBr berwarna coklat sampai

kuning terbentuk. Sifat gas ini bersifat asam dan beracun. Uji Baeyer dilakukan untuk

menunjukkan kereaktifan hidrokarbon alifatik, alisiklik, dan aromatik terhadap oksidator

KMnO4 yang merupakan katalis. Hasil positif uji Baeyer ditandai dengan adanya

perubahan pada larutan yang tidak berwarna hingga menjadi endapan hitam (Andrian,

2012).

Alkohol dan hidrokarbon memiliki reagen spesifik untuk menguji gugus fungsi. Setiap

gugus fungsi memiliki reaksi yang spesifik dengan reagen tertentu sehingga dapat

digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa. Percobaan ini akan mempelajari

bagaimana cara mengidentifikasi suatu senyawa organik.

Prinsip Kerja

Prinsip kerja yang digunakan adalah mengidentifikasi senyawa organik berdasarkan

gugus fungsi yang menandakan sifat fisik dan kimia suatu senyawa tersebut.

Alat

1. Labu ukur 10mL

2. Tabung reaksi

3. Pemanas listrik

4. Pipet tetes

5. Gelas ukur 50mL

6. Termometer 0-110

7. Penangas air

8. Beaker glass 500mL

Bahan

1. Larutan 5% Br2 dalam n-oktanol atau CH2Cl2

2. Toluena

3. Etanol

4. Aseton

5. Heksena

6. Sikloheksena

7. Bensaldehida

8. Fenol

9. Methanol

10. 1-propanol

11. 2-butanol

12. Butiraldehida

13. Asetofenon

14. ,n-oktanol

15. Klorobensena

16. asetil klorida

17. bensilklorida

18. t-butil bromide

19. larutan 1% Br2

20. larutan FeCl3 5%

21. larutan 2% KmnO4

22. larutan 5% Br2 dalam CH2Cl2

23. 5% Br2 dalam oktanol atau CH2Cl2 atau 1% dalam air

24. larutan 15% NaI dalam aseton

25. 2% AgNO3 dalam etanol 95%

26. 5 gram CrO3 dalam 15 ml air

27. 5 ml H2SO4 pekat

28. 2,4-dinitofenilhidrasin

29. dietilen glikol atau DMF

30. HCl pekat,

31. larutan 5% AgNO3

32. larutan 5% NaOH

33. larutan NH3 encer

34. Fehling A: 34,64 g CuSO4.5H2O dalam 500 mL larutan

35. Fehling B: 65 g NaOH dan 173 g KNa tartarat dalam 500 mL larutan.

Prosedur Kerja

1. Uji kimia ketidakjenuhan

a. Reaksi dengan brom

Reagen : 5% Br2 dalam oktanol atau CH2Cl2 atau 1% dalam air

1. Dimasukkan 4 tetes heksena atau sampel lainnya yang disediakan, misalnya toluena,

aseton, etanol, bensaldehida ke dalam tabbung reaksi bersih dan kering.

2. Ditambahkan 2mL n-oktanol.

3. Dikocok campuran tersebut perlahan – lahan dan ditambahkan tetes demi tetes

larutan brom sampai tidak terjadi perubahan warna.

4. Dicatat jumlah tetes tiap sampel.

b. Oksidasi dengan KMnO4

Reagen : larutan 2% KMnO4

1. Dilarutkan 4 tetes heksena atau sampel lainnya yang disediakan, misalnya toluena,

aseton, etanol, bensaldehida ke dalam sedikit mungkin aseton atau air di dalam tabung

reaksi kering dan bersih.

2. Ditambahkan tetes demi tetes larutan KMnO4 sampai terjadi endapan hitam (atau

larutan menjadi keruh).

3. Dicatat jumlah tetes tiap sampel.

2. Uji adanya halogen

a. Reagen : 2% AgNO3 dalam etanol 95,5%

1. Dimasukkan 3 tetes klorobensena atau sampel lainnya yang disediakan, misalnya n-

butil klorida, kloroform, bensil klorida, bensoil klorida, t-butil bromida di dalam tabung

reaksi kering dan bersih.

2. Ditambahkan 2mL reagen AgNO3.

3. Didiamkan selama beberapa menit.

4. Dimasukkan tabung reaksi ke dalam penangas air (50-60oC)

5. Dicatat waktu yang diperlukan untuk terjadinya endapan.

3. Uji adanya OH alkohol

a. Reagen : Asam Kromat

1. Dimasukkan 4 tetes sampel metanol, etanol, 2-butanol, metil klorida, 1 tetes aseton

dan 1 tetes larutan asam kromat ke dalam tabung reksi yang bersih dan kering.

2. Dikocok campuran tersebut.

3. Diamati perubahan yang terjadi, jika positif larutan akan berubah warna dari kuning ke

biru kehijauan atau terbentuk endapan.

4. Uji aldehida dan keton

a. Reagen : 2-4 dinitrofenilhidrazin, dietil glikol atau DMF, HCl pekat

1. Dimasukkan 2 tetes sampel (aseton, bensaldehida, butiraldehida, asetofenon), 2mL

etanol 95% dan 1 mL larutan fenilhidrazin.

2. Dilakukan pengocokan kuat-kuat.

3. Dipanaskan dengan pembakar spirtus apabila terbentuk endapan.

4. Diamati perubahan yang terjadi (tes positif akan terbentuk endapan kuning – merah).

b. Tes Fehling

Reagen : Fehling A : 34,64 g CuSO4.5H2O dalam 500 mL

Fehling B : 65 g NaOH dan 173 g KNa tartarat dalam 500 mL larutan

1. Dimasukkan 1 mL sampel, 1 mL reagen fehling A dan B ke dalam tabung reaksi.

2. Dipanaskan tabung reaksi di dalam penangas air mendidih selama 5 menit.

3. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi pada sampel aldehida dan keton.

c. Tes Tollen

Reagen : larutan 5% AgNO3, larutan 5% NaOH, larutan NH3 encer (pengenceran 10

kali ammonia pekat).

1. Dimasukkan sampel, 1mL larutan 5% AgNO3, 1mL larutan 5% NaOH, dan 5 tetes

ammonia ke dalam tabung reaksi yang bersih.

2. Dipanaskan tabung reaksi di dalam penangas air mendidih selama 5 menit.

3. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi pada sampel aldehida dan keton.

5. Uji Fenol

1. Dimaukkan 2 tetes sampel dan 1 tetes FeCl3 ke dalam tabung reaksi yang bersih dan

kering.

2. Dilakukan pengocokan kuat – kuat.

3. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi pada sampel (hasil positifnya adalah

perubahan warna dari orange kehijauan akan pudar terhadap waktu).

Data

1. Uji kimia ketidakjenuhan

a. Reaksi dengan bromin

Senyawa Sebelum Ditambah Br2 Jumlah tetes

Toluena Tidak berwarna Terbentuk 2 fasa 6 tetes

Aseton Tidak berwarna Tidak terjadi perubahan 40 tetes

Etanol Tidak berwarna Tidak terjadi perubahan 40 tetes

Benzaldehida Tidak berwarna Terbentuk 2 fasa 15 tetes

b. Oksidasi dengan KMnO4

Senyawa Sebelum Ditambah KMnO4 Jumlah tetes

Toluena Tidak berwarna Endapan hitam 1 tetes

Aseton Tidak berwarna Endapan hitam 6 tetes

Etanol Tidak berwarna Endapan hitam 1 tetes

Benzaldehida Tidak berwarna Endapan hitam 2 tetes

2. Uji adanya halogen

a. Reagen 2% AgNO3 dalam etanol 95%

Senyawa Penambahan Reagen Pemanasan

Klorobenzena Terbentuk 2 fasa Terbentuk 2 fasa, berwarna coklat bening

Kloroform Terbentuk 2 fasa 1 fase , berwarna putih keabu-abuan

b. Reagen larutan 15% NaI dalam aseton kering

Waktu : 1 jam 5 menit

Senyawa Penambahan Reagen Pemanasan

Klorobenzena Terbentuk 2 fasa Terbentuk 1 fasa, berwarna coklat bening

Kloroform Terbentuk 2 fasa 1 fase , berwarna putih keabu-abuan

3. Uji adanya OH Alkohol

Senyawa Sebelum Pemanasan

Metanol Tidak berwarna Hijau pekat

Etanol Tidak berwarna Endapan hijau kehitaman, larutan berwarna hijau

2-butanol Tidak berwarna Endapan hitam, larutan kecoklatan keruh

Aseton Tidak berwarna Endapan biru tua, larutan kuning kecoklatan bening

4. Uji Aldehida

a.

Senyawa Sebelum Pemanasan

Aseton Tidak berwarna Kuning +++

Benzaldehida Tidak berwarna Kuning ++

Asetoferon Tidak berwarna Kuning +

b. Tes Fehling

Senyawa Sebelum Ditambah Fehling A dan B Pemanasan

Aseton Tidak berwarna Biru Biru +++

Benzaldehida Tidak berwarna Biru Terdapat 2 fase, berwarna biru +

Asetoferon Tidak berwarna Biru Terdapat 2 fase, berwarna biru ++

c. Tes Tollen

Senyawa Sebelum Penambahan Pemanasan selama 5 menit

AgNO3 NaOH

Aseton Tidak berwarna Larutan keruh Terdapat endapan coklat Terdapat endapan abu-

abu

Benzaldehida Tidak berwarna Larutan keruh Terdapat endapan coklat Terdapat

endapan abu-abu

Asetoferon Tidak berwarna Larutan keruh Terdapat endapan coklat Terdapat endapan

abu-abu

5. Uji fenol

Senyawa Sebelum Penambahan FeCl3 dan pengocokan

2-butanol Tidak berwarna Kuning

fenol Tidak berwarna Orange

2-propanol Tidak berwarna Orange

Hasil

1. Uji kimia ketidakjenuhan

Uji Kimia Ketidakjenuhan Senyawa Hasil

a. Reaksi dengan brom Toluena Negatif

Aseton Negatif

Etanol Negatif

Benzaldehida Negatif

b. Oksidasi dengan KMnO4 Toluena Negatif

Aseton Negatif

Etanol Negatif

Benzaldehida Positif

Aseton Benzaldehida Etanol Toluena

Gambar 1.a reaksi dengan bromide

Aseton Benzaldehida Etanol Toluena

Gambar 1.b oksidasi dengan KMnO4

2. Uji adanya halogen

Uji adanya Halogen Senyawa Hasil

a. Reagen 2% AgNO3 dalam etanol 95% Klorobenzena Negatif

Kloroform Negatif

b. Reagen larutan 15% NaI dalam aseton kering

Waktu : 1 jam 5 menit Klorobenzena Negatif

Kloroform Negatif

Klorobenzena Kloroform

Gambar 2.a reagen 2% AgNO3 dalam etanol 95%

Klorobenzena Kloroform

Gambar 2.b Reagen larutan 15% NaI dalam aseton kering

3. Uji adanya OH alcohol

Senyawa Hasil

Metanol Positif

Etanol Positif

2-butanol Positif

Aseton Negatif

2-butanol aseton etanol methanol

Gambar 3. Uji adanya OH alkohol

4. Uji aldehida dan keton

Uji aldehid dan keton Senyawa Hasil

a. Reagen : 2-4 dinitrofenilhidrazin, dietil glikol atau DMF, HCl pekat

Aseton Positif

Benzaldehida Positif

Asetofenon Positif

b. Tes fehling Aseton Negatif

Benzaldehida Negatif, harusnya positif

Asetofenon Negatif

c. Tes tollen Aseton Positif, harusnya negatif

Benzaldehida Positif

Asetofenon Positif, harusnya negatif

Asetofenon Aseton Benzaldehida

Gambar 4.a Reagen : 2-4 dinitrofenilhidrazin

Asetofenon Aseton Benzaldehida

Gambar 4.b Tes Fehling

Asetofenon Aseton Benzaldehida

Gambar 4.b Tes Tollens

5. Uji fenol

Senyawa Hasil

2-butanol Negatif

Fenol Negatif

2-propanol Negatif

1-propanol Butanol Fenol

Gambar 5. Uji fenol

Pembahasan Hasil

Percobaan pertama adalah meguji ketidakjenuhan. Identifikasi ketidakjenuhan adalah

mengidentifikasi ikatan rangkap baik rangkap dua, maupun rangkap tiga yang terdapat

dalam senyawa kimia. Uji ketidakjenuhan menggunakan dua metode yaitu

menggunakan brom dan KMnO4. Brom (Br2) bereaksi sangat cepat dengan senyawa

yang mengandung ikatan rangkap. Reaksi tersebut dapat diketahui dari perubahan

warna larutan. Brom adalah larutan yang berwarna merah kecoklatan, dan apabila

bereaksi dengan senyawa yang mengandung ikatan rangkap maka warna merah

kecoklatan akan hilang dan menjadi larutan yang tidak berwarna.

Senyawa yang diidentifikasi adalah toluena, aseton, etanol, dan benzaldehida. Uji

ketidakjenuhan yang pertama adalah toluena. Toluena adalah larutan yang tidak

berwarna dan ditambahkan reagen 5% Br2 dalam oktanol. Namun, larutan Br2 tidak

berwarna merah kecoklatan, sehingga penambahan larutan Br2 tidak merubah warna

larutan menjadi merah kecoklatan. Hal tersebut dikarenakan Br2 yang digunakan

memiliki konsentrasi yang kecil, akibatnya tidak dapat diamati perubahan warnanya.

Penambahan Br2 pada toluena menghasilkan larutan yang berbeda fase. Larutan yang

dibawah adalah larutan toluena, sedangkan yang di atas adalah Br2 , sebab densitas

toluena lebih besar dibandingkan Br2. Perbedaan fase tersebut mengindikasikan bahwa

toluena dan Br2 tidak bereaksi dengan toluena.

Toluena memiliki ikatan rangkap, namun hasilnya negatif karena toluena tidak dapat

bereaksi dengan Br2 disebabkan karena toluena merupakan turunan senyawa benzana

sehingga tidak bida substitusi. Toluena dapat bereaksi dengan Br2 apabila terdapat

katalis asam(Fessenden, 1982).

Senyawa kedua yang diuji adalah aseton. Hasil yang didapat dengan penambahan

reagen Br2 adalah tidak ada perubahan yaitu larutan tetap bening (tidak berwarn). Hal

ini berarti keduanya tidak terjadi reaksi. Apabila dilihat dari strukturnya, aseton memiliki

ikatan rangkap. Namun, karena memiliki halangan steric yang besar maka aseton tidak

dapat bereaksi. Alasan lain yaitu karena keton mempunyai gugus karbonil dan halogen

merupakan nukleofil yang kuat maka apabila direaksikan akan menghasilkan gugus

alkoksi. Br2 sendiri merupakan senyawa yang lebih lemah dari karbonil, sehingga Br2

yang diikat oleh atom C akan dilepaskan kembali sehingga kesetimbangan cenderung

bergeser ke arah reaktan.

Senyawa ketiga adalah etanol yang merupakan larutan tidak berwarna. Penambahan

larutan Br2 tidak mempengaruhi larutan (tidak ada perubahan), artinya larutan tidak

bereaksi. Hal itu sesuai dengan struktur etanol yang tidak mempunyai ikatan rangkap.

Benzaldehida adalah senyawa yang diuji selanjutnya. Senyawa ini ditambahkan reagen

Br2 unutk mengidentifikasi ketidakjenuhan atau ikatan rangkap. Hasil dari pengujian ini

adalah negatif, sebab terbentuk dua fasa. Larutan yang berada di bawah adalah

benzaldehida sedangkan larutan yang ada di atas adalah bromin, sebab densitas

bromin lebih rendah dibandingkan benzaldehida. Uji ketidakjenuhan benzaldehida

negatif karena merupakan senyawa aromatik yang memiliki elektron terdelokalisasi

secara merata sehingga memiliki struktur yang stabil. Senyawa turunan benzena yang

bersifat aromatis tidak bisa diadisi dan apabila diadisi akan menghasilkan senyawa yang

bersifat tidak aromatis.

Uji ketidakjenuhan yang kedua menggunakan oksidasi KMnO4. Reaksi positif

menggunakan oksidasi KMnO4 adalah adanya perubahan warna dari ungu menjadi

coklat. Uji ini digunakan pada larutan aseton, benzaldehida, etanol, dan toluena.

Keempat larutan tersebut ditambahkan larutan KMnO4 dan menghasilkan larutan

berwarna hitam. Namun, kelamaan larutan benzaldehida berwarna coklat. Hasil ini

menandakan bahwa benzaldehida mengandung struktur yang tidak jenuh atau ikatan

rangkap. Hal tersebut sesuai dengan rumus benzaldehida, yaitu

Reksi oksidasi benzaldehida dengan KMnO4 menghasilkan senyawa baru yaitu asam

benzoate(Fessenden, 1982).

Ketiga senyawa yang lain yaitu aseton, etanol, dan toluena tidak menghasilkan hasil

positif. Larutan tetap berwana ungu pekat. Hal tersebut karena senyawa tersebut tidak

dapat dioksidasi. Aseton atau propanon tidak dapat dioksidasi karena posisi ikatan

rangkap yang berada di tengah dan atom C tidak mengikat atom hidrogen.

Etanol dapat dioksidasi menjadi aldehid dan asam karboksilat. Reaksi etanol dengan

KMnO4 berlangsung dan dihasilkan senyawa golongan aldehida yaitu asetaldehida.

Namun, hasil uji ketidakjenuhan bernilai negatif sebab etanol tidak memiliki ikatan

rangkap. Namun, pada hasil yang didapat penambahan KMnO4 dihasilkan endapan

yang berwarna merah kecoklatan. Hasil ini disebabkan karena kesalahan praktikan,

mungkin karena alat yang terkontaminasi oleh senyawa lain sehingga menghasilkan

hasil yang positif.

Toluena dapat dioksidasi menggunakan KMnO4 karena toluena merupakan turunan

benzena dan memiliki elektron yang terdelokalosasi secara merata sehingga strukturnya

stabil. Namun, Toluena dapat dioksidasi dengan menggunakan katalis asam

menghasilkan asam benzoat karena gugus metil yang dioksidasi dan menghasilkan

asam benzoat yang memiliki struktur yang stabil(Bruice, 2007).

Uji selanjutnya adalah uji adanya halogen. Uji ini menggunakan dua reagen yaitu

menggunakan AgNO3 dan NaI. Senyawa yang diidentifikasi adalah klorobenzena, dan

kloroform. Hasil positif dari reaksi menggunakan AgNO3 adalah larutan yang semula

tidak berwarna akan menjadi larutan yang berwarna putih dan keruh.

Klorobenzena adalah senyawa turunan benzena yang stabil. Klorobenzena yang

direaksikan dengan AgNO3 menghasilkan larutan yang berwarna coklat, seharusnya

menghasilkan endapan putih. Endapan putih yang tidak dihasilkan ini disebabkan klorin

yang terdapat pada senyawa telah menguap. Reaksi ini berdasarkan reaksi adisi

nukleofilik, NO3- akan menggantikan halogen menghasilkan nitro benzena (reaksi

nitrasi). Hasil penambahan klorobenzena AgNO3 pada klorobenzena adalah negatif.

Seharusnya penambahan ini menghasilkan reaksi positif, karena gugus halogen yang

dioksidasi akan digantikan oleh NO3- sebagai cabang benzena dan menghasilkan

senyawa yang stabil pula.

Uji senyawa klorobenzena menggunakan NaI tidak dapat terjadi, sebab ion klorida pada

senyawa klorobenzena memiliki elektronegativitas yang lebih tinggi dibandingkan ion

iodida pada NaI, sehingga I tidak dapat mendesak Cl.

Hasil yang sama juga terjadi pada reaksi antara kloroform dengan NaI. Klorofrom tidak

dapat bereaksi dengan NaI dikarenakan I- memiliki elektronegativitas yang lebih rendah

dibandingkan Cl-.

Uji halogen kloroform menggunakan AgNO3 bereaksi. Hal ini dikarenakan Ag akan

mengikat halogen dan NO3 akan terikat pada karbon senyawa kloroform. Reaksi ini

akan menghasilkan endapan putih. Namun, hasil yang didapat tidak sesuai karena

hanya terdapat larutan yang berwarna putih. Hal ini disebabkan halogen yang terdapat

pada senyawa tersebut telah menguap sehingga tidak menghasilkan endapan putih.

Uji yang ketiga yaitu uji adanya alkohol. Senyawa yang diuji adalah methanol, etanol, 2-

butanol, dan aseton. Uji adanya alkohol ini menggunakan asam kromat. Hal ini

disebabkan karena asam kromat mampu mengoksidasi alkohol primer menjadi asam

karboksilat. Alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton, sedangkan alkohol tersier tidak

dapat dioksidasi dengan asam kromat. Uji positif ini menghasilkan endapat hijau

disebabkan ion dikromat(VI) direduksi menjadi sebuah larutan hijau yang mengandung

ion kromium(III). Penambahan asam kromat pada methanol merubah larutan yang

awalnya tidak berwarna menjadi hijau pekat. Hasil ini menandakan bahwa pada etanol

terdapat gugus OH (reaksi positif).

Penambahan asam kromat pada etanol merubah larutan yang awalnya tidak berwarna

menjadi larutan berwarna hijau. Endapan dari pencampuran asam kromat dan etanol

adalah berupa endapan hijau. Hasil ini merupakan hasil positif untuk pengujian adanya

OH.

Penambahan asam kromat pada 2-butanol memnghasilkan larutan yang berwarna

kecoklatan keruh dan terbentuk endapan hitam. Hasil ini sebenarnya kurang sesuai,

karena apabila dilihat strukturnya, senyawa 2-butanol mengandung gugus OH. Hal ini

disebabkan karena OH pada 2-butanol terletak pada posisi sekunder, sehingga apabila

dieaksikan akan membentuk propanon, sehingga perubahan warna yang terjadi tidak

sesuai dengan perubahan reagen yang sesuai.

Penambahan asam kromat pada aseton menghasilkan endapan berwarna biru tua

dengan larutan berwarna kuning kecoklatan. Penambahan ini tidak menyebabkan asam

kromat dan aseton bereksi. Hasil ini merupakan hasil negatif dan sesuai dengan struktur

molekulnya, karena tidak mengandung gugus OH sehingga tidak teridentifikasi.

Uji yang keempat adalah uji aldehida dan keton menggunakan 2,4-dinitrofenilhidrazin.

Senyawa yang diidentifikasi adalah aseton, benzaldehida, dan asetofenon. Hasil positif

menggunakan 2,4-dinitrohidrazin adalah terbentuk endapan berwarna kuning atau

bewarna merah pada padatan terlarutnya besar. 2,4-dinitrofenilhidrazin digunakan untuk

mengidentifikasi adanya karbonil.

Penambahan 2,4-dinitrohidrazin pada aseton setelah dipanaskan tidak menghasilkan

endapan berwarna kuning, namun menghasilkan larutan berwarna kuning pekat,

sehingga bisa dikatakan uji keton menggunakan aseton merupakan hasil positif.

Penambahan 2,4-dinitrohidrazin pada benzaldehida setelah dipanaskan tidak

menghasilkan endapan kuning, namun menghasilkan larutan yang berwarna kuning.

Penambahan 2,4-dinitrohidrazin pada asetofenon setelah dipanaskan juga tidak

menghasilkan endapan kuning, namun hanya menghasilkan larutan yang berwarna

kuning.

Larutan kuning yang dihasilkan sudah mengindikasikan adanya gugus aldehid dan

keton. Pemanasan pada uji ini bertujuan untuk mempercepat reaksi.

Uji aldehida dan keton yang kedua menggunakan tes fehling yaitu fehling A dan fehling

B. Reaksi positif dari uji fehling ini adalah terjadinya perubahan warna dari biru menjadi

merah bata. Larutan Fehling mengandung ion tembaga(II) yang dikompleks dengan ion

tartrat dalam larutan natrium hidroksida. Pengompleksan ion tembaga(II) dengan ion

tartrat dapat mencegah terjadinya endapan tembaga(II) hidroksida(Fessenden, 1982).

Tes fehling akan bereaksi dengan aldehid menghasilkan endapan merah bata,

sedangkan keton dengan tes fehling tidak bereaksi. Uji fehling pada asetofenon, aseton,

dan benzaldehida menghasilkan larutan yang berwarna biru. Ketiga senyawa tersebut

dipanaskan selama lima menit. Hasilnya asetofenon (biru ++) memiliki batas fasa yang

sedikit, sedangkan pada benzaldehida menghasilkan larutan yang berwarna biru lebih

muda dari asetofenon (biru +) dan fasa yang terpisah berwarna kuning. Aseton tidak

mengalami perubahan (larutan tetap berwarna biru tua (biru +++).

Uji aldehida dan keton dengan tes fehling ini terbukti bahwa keton menghasilkan tes

negative karena tidak terbentuk endapan merah bata. Asetofenon dan aseton tidak

menunjukkan hasil positif karena merupakan keton, sedangkan benzaldehida

menunjukkan hasil negative karena tes fehling tidak dapat digunakan untuk

mengidentifikasi senyawa aldehid aromatis. Fehling tidak dapat mengoksidasi senyawa

cincin benzena melainkan hanya dapat mengoksidasi gugus alkilnya saja sehingga

warna benzaldehida tidak berubah menjadi merah bata.

Uji aldehida dan keton yang ketiga dengan menggunakan tes tollens. Aldehid yang

direaksikan dengan pereaksi tollens menghasilkan cermin perak, sedangkan pada keton

tidak bereaksi. Aseton, asetofenon, dan benzaldehida menghasilkan endapan coklat

keabu-abuan. Ketiga senyawa tersebut dipanaskan dan dihasilkan endapan abu-abu.

Namun, seharusnya hanya senyawa benzaldehida yang menghasilkan cermin perak.

Hal ini disebabkan karena dalam setiap senyawa mengandung atom C,H, dan O.

Seharusnya aseton dan asetofenon tidak menghasilkan tes postif. Karena aseton dan

asetofenon merupakan senyawa keton, sehingga tidak bereaksi dan tidak menghasilkan

endapan abi-abu atau cermin perak. Kesalahan ini disebabkan praktikan kurang teliti

dalam melakukan uji karena mungkin tabung reaksi yang digunakan terkontaminasi

senyawa lain.

Uji kelima adalah uji adanya fenol. Hasil positif reaksi ini menghasilkan warna ungu,

kuning, merah jambu sesuai dengan struktur fenol dengan besi (III). Uji ini dengan

menggunakan 2-butanol, fenol, dan 2-propanol. Hasil yang didapatkan adalah 1-

propanol berwarna kuning, fenol dan 2-propanol berwarna orange. Hasil yang

didapatkan ini tidak sesuai sebab senyawa yang sudah ditambahkan reagen dan

dikocok tetap berwarna seperti semula, tidak menunjukkan adanya perubahan warna

yang semakin pudar. Seharusnya, fenol bereaksi menghasilkan warna yang semakin

pudar. Hal ini disebabkan konsentrasi atau kadar FeCl3 yang digunakan terlalu lemah,

sehingga tidak dapat mendeteksi adanya fenol dalam suatu senyawa.

\

Kesimpulan

1. Identifikasi senyawa organik dengan menambahkan suatu reagen yang spesifik

terhadap gugus fungsi.

Referensi

Andrian. 2012. http://dannaadriann.blogspot.com/2012/01/identifikasi-hidrokarbon.html.

Serial online[diakses pada tanggal 26 Februari 2014]

Bruice,Paula Y. 2007. Organic Chemistry fifth edition. London : Pearson Education

Dewi. 2013. http://widewidewi.blogspot.com/2013/08/laporan-praktikum- identifikasi-

senyawa.html. Serial Online[diakses pada tanggal 26 Februari 2014]

Fessenden, R.J. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Koordinator praktikum kimia organik. 2014. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Jember :

Universitas Jember

Nuriman. 2007. Kimia Organik. Jember : Universitas Jember

Sjaifullah. 2008. Kimia Organik. Jember : Universitas Jember

Saran

Praktikum selanjutnya harus lebih cekatan dalam menggunakan senyawa organik,

sebab senyawa organik mudah menguap, dan teknik lab harus lebih ditingkatkan agar

didapatkan hasil yang sesuai dengan fakta0fakta yang ada.

A. Gugus fungsi

Atom atau kelompok atom yang paling menentukan sifat suatu senyawa

dan merupakan ciri khas dari suatu deret homolog kimia karbon

disebut gugus fungsi. Jika etana (C2H6) memiliki deret homolog alkana,

dan satu atom H-nya digantikan dengan gugus alkohol (—OH) maka

menjadi C2H5OH. Maka, akan berdampak pada perubahan sifat senyawa

(fisis dan kimia) dari etana ke etanol (C2H5OH). Kesimpulan: gugus

fungsi akan membuat sifat dan struktur alkana berubah, tetapi masih dalam

satu deret homolog

1.

.Gugus fungsi —OH (alkohol atau alkanol)

Pada pembahasan di atas etana berbeda dengan etanol. Etanol termasuk

ke dalam gugus alkohol karena mempunyai gugus fungsi —OH dalam

rumus kimianya (C2H5OH). Seperti pada pelajaran sifat koligatif larutan,

alkohol mudah menguap jadi sering digunakan untuk parfum.

2. Gugus fungsi —O— (eter atau alkoksialkana)

Disebut alkosialkana karena penggabungan dari kata: Al , oksi, alkana.

Yang artinya (ambil contoh CH3—CH2—O—H3)

^^^Al = adalah rantai karbon sebelah kiri eter yaitu CH3—CH2 atau C2H5

(etil)

^^^O = eter (—O—)

^^^Alkana = adalah alkana yang atom H-nya menjadi gugus alkil yaitu CH3

3. Gugus fungsi —CHO (aldehida atau alkanal)

Disebut alkanal karena mempunyai gugus mirip dengan alkohol dan asam

karboksilat, ada OH dan COOH-nya. Nah, dalam aldehida terdapat dalam

formalin dan pengawetan mayat

4. Gugus fungsi —CO— (keton atau alkanon)

Gugus fungsi ini disebut keton karena mengandung atom karbon dan

oksigen berjumlah satu (1). Karbon mewakili hurus Ke, dan oksigen

mewaklili huruf ton dalam nama turunan alkana keton. Keton biasanya

digunakan untuk pembersih kuku.

5. Gugus fungsi —COOH (asam karboksilat atau asam alkanoat)

Turunan alkana satu ini berbeda sama sekali karena nantinya dalam tata

nama senyawa, hanya asam karboksilat-lah yang menggunakan nama

depan asam serta menandakannya dengan huruf yunani alpha, beta,

gamma, dan omega. Contohnya CH3COOH dalam asam cuka

6. Gugus fungsi —COOR (ester atau alkil alkanoat)

Disebut alkil alkanoat karena R mewakili alkil, dan COO mewakili alkanoat

dalam gugus fungsinya. Nama ester hampir mirip dengan nama eter, jadi

harus hati-hati ya dalam tata namanya nanti

7. Gugus fungsi —X (haloalkana atau alkil halida)

Turunan alkana satu ini mempunyai nama yang unik yaitu haloalkana,

seolah-olah menyapa turunan alkana gitu lho. Ckckck. Gugus X dalam

turunan alkana ini adalah atom-atom halogen (golongan VIIA). Alkil halida

disebut juga monohaloalkana.

B. Senyawa turunan alkana

Senyawa yang dapat dianggap berasal dari senyawa alkana dengan

satu atau lebih atom hidrogennya diganti oleh gugus fungsi tertentu

disebut senyawa turunan alkana. Seperti dijelaskan pada “gugus

fungsi”, turunan alkana punya 7 buah turunan dengan gugus fungsi

berbeda. Di bawah ini adalah data lebih lengkap mengenai turunan

alkana disertai gugus fungsi dan contohnya:

Dalam tabel di atas, ada ketentuan:

^^^R = gugus alkil = CnH2n+1

^^^R’ = gugus yang sama dengan R namun letaknya berbeda

^^^X = unsur-unsur halogen (golongan VIIA)

Di bawah ini adalah contoh jenis gugus fungsi pada senyawa turunan

alkana:

Sifat-Sifat Gugus Fungsi

Sifat Fisika dan Kimia Alkohol

 Sifat Fisika

1. Titik didih alkohol relatif tinggi.Hal ini merupakan akibat langsung dari daya tarik

intermolekuler yang kuat.

2. Semua alkohol adalah polar tetapi tidak semua alkohol dapat larut dalam.

 Sifat Kimia

1. Dehidrasi alkohol.

2. Oksidasi alkohol.

3. Reaksi alkohol dengan logam Na dan K.

4. Esterifikasi.

Sifat Fisika dan Kimia Eter

 Sifat Fisika

1. Titik didih eter lebih kecil bila dibandingkan dengan alkohol.

2. Eter sedikit larut dalam air.

 Sifat Kimia

1. Eter bersifat inert seperti halnya alkana, eter tidak bereaksi dengan

oksidator,reduktor maupun basa. Sifat inilah yang menyebabkan eter banyak

.digunakan sebagai pelarut organik.

Sifat Fisika dan Kimia Aldehida

 Sifat Fisika

1. titik didihnya relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan senyawa nonpolar

yang setara.

2. Pada umumnya aldehida berfase cair,kecuali formaldehid yang berfase gas.

Formaldehid dan asetaldehid larut dalam air, sejalan dengan bertambahnya

rantai karbon, kelarutan dalam air akan turun.

 Sifat Kimia

1. Aldehida sangat mudah dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan reaksi

fehling dan Tollens.

2. Aldehida tidak membentuk ikatan hidrogen.

Sifat Fisika dan Kimia Keton

 Sifat Fisika

1. Titik didh keton relatif lebih tinggi daripada senyawa hidrokarbon dengan massa

molekul relatif yang hampir sama.

2. Larut dalam air.

3. Banyak keton yang memiliki bau harum.

 Sifat Kimia

1. Bila keton direduksi akan menghasilkan alkohol sekunder.

2. Keton tidak dapat dioksidasi oleh pereaksi Fehling dan Tollens

Sifat Fisika dan Kimia Asam Karboksilat

 Sifat Fisika

1. Pada umumnya titik didih asam karboksilat relatif tinggi.

2. Molekul asam karboksilat bersifat sangat polar.

3. Asam karboksilat dengan jumlah atom karbon rendah mempunyai bau asam ,

sedangkan jumlah atom karbon empat hingga delapan berupa cairan tidak

berwarna yang mempunyai bau yang sangat tidak enak.

 Sifat Kimia

1. Asam Lemah.

2. Reaksi yang terjadi tergolong reaksi netralisasi.

3. Reaksi esterifikasi.

Sifat Fisika dan Kimia Ester

 Sifat Fisika

1. Molekul ester bersifat polar.

2. Titik didih ester terletak antara keton dan eter dengan massa molekul relatif

yang hampir sama.

3. Ester dengan massa molekul relatif rendah larut dalam air.

4. Ester dengan sepuluh karbon atau kurang berupa cairan yang mudah menguap

dan baunya enak seperti buah-buahan.

 Sifat Kimia

1. Mengalami reaksi hidrolisis.

2. Mengalami reaksi reduksi.

Sifat Fisika dan Kimia Haloalkana

 Sifat Fisika’

1. Senyawa haloalkana tidak membentuk ikatan hidrogen dan tidak larut dalam air.

 Sifat Kimia

1. Haloalkana mengalami reaksi substitusi dengan suatu basa membentuk alkohol.

2. Haloalkana mengalami reaksi eliminasi dengan pereaksi basa kuat.

3. Haloalkana bereaksi dengan Na menghasilkan Alkana.

CONTOH SOAL:

1. Senyawa-senyawa dalam satu homolog mempunyai sifat-sifat sebagai

berikut, kecuali…

A. Mempunyai rumus umum sama

B. Mempunyai gugus fungsi sama

C. Mempunyai sifat kimia sama

D. Suku-suku berturutan mempunyai selisih massa molekul relatif

sebesar 14 satuan

E. Titik didih meningkat seiring dengan bertambah panjangnya rantai

karbon

–> Penyelesaian:

Obsein D salah karena pernyataan tsb hanya dimiliki oleh homolog alkana,

tidak dimiliki homolog alkena dan alkuna.

2. Gugus fungsi alkil alkanoat terdapat pada …

A. CH3COCH3

B. CH3COOCH3

C. CH3CHO

D. CH3CH2OH

E. C2H5COOH

–> Penyelesaian:

Alkil alkanoal mempunyai gugus fungsi R—COO—R’:

^^^Obsein A: terdapat gugus keton : CH3—CO—CH3

^^^Obsein B: gugus alkil alkanoat: CH3—COO—CH3

^^^Obsein C: gugus aldehida: CH3—CHO

^^^Obsein D: gugus alkohol: CH3—CH2—OH

^^^Obsein E: gugus asam karboksilat: C2H5—COOH

3. Gugus fungsi aldehida adalah …

A. —OH                                            D. —COOH

B. —O—                                           E. —CO—

C. —CHO—

4. Gugus fungsi eter, aldehida, dan ester berturut-turut adalah …

A. —O— ; —COOH ; —CO—

B. —OH ; —O— ; —COO—

C. —COO ; —CHO ; —O—

D. —O— ; —CHO ; —COO—

E. —CO ; —COH ; —O—

5. Di antara senyawa berikut, yang tergolong eter adalah …

   –> Penyelesaian:

  3.1.   ALAT BAHAN

Alat :

1.      Tabung reaksi berukuran 150 ml

2.      Bunsen

3.      Tabung reaksi yang berukuran 75 mm

Bahan:

1.        Alkohol 0.5 ml

2.        Air 5 ml

3.        NaoH 5 ml

4.        I2 / KI

5.        Kristal CHI3

6.        K2CrO7  0.1 M

7.        H2SO4 pekat 1 ml

8.        Asam organik /basa

9.        Bila padat /1.2 ml (4/5 tetes bila larutan)

10.    Kertas lakmus

11.    Kristal asam salisilat 0.1 g ( 0.2 ml, 4/5 tetes

larutan asam

12.    NaHCO3 2 ml

13.    KMNO4 2 ml 0.1 M

14.    Etanol 1 ml

15.    Senyawa nitrobenzena 10 mg

16.    Fe ( NH4)2 1.5 ml

17.    (SO4)2 15% 1.5 ml

18.    KOH 1 ml

19.    Asam salisilat HOC6H4 COOH

20.    H2SO4 3ml 5 tetes

21.    Metanol CH3OH

3.2.   PROSEDUR KERJA

I.       Alkohol

A.

Tabung reaksi 150 ml

Uji Iodoform

Dimasukkan 0,5 ml alkohol dalam 5 ml air

Ditambah 5 ml NaOH 10 % (1)

Digoyang, sambil diteteskan I 2  / KI 10%

Penangas air



Dipanaskan tabung reaksi

Ditambah lagi I 2  / KI

Tabung reaksi

Didinginkan

Digoyang, sambil ditambahkan beberapa tetes NaOH 10%

Diisi aquades dan dibiarkan 10 menit

Dicatat dan diamati

B.  

Tabung reaksi 150 ml

Oksidasi Alkohol

Dituangkan 2 ml K 2 Cr 2 O 7  0,1 M

Ditambah 1 ml H 2 SO 4  pekat

Diaduk

Didinginkan

Alkohol



Ditambahkan

Dicatat dan diamati

II.

Tabung reaksi 150 ml

Aldehida dan Keton

(1)

Dicampurkan 1 ml aldehida dengan 3 ml NaHSO 3  40%

Ditambahkan 1 atau 2 tetes alkohol

Digoyang

Terbentuk senyawa padat



Ditambahkan 3 ml air

Diulangi percobaan (1, 2, 3) dengan keton

III. Asam dan Basa

A.

Asam organik dan basa

Keasaman

0,1 gr / 1,2 ml asam organik dan basa

Disediakan

Tabung 75 ml

Ditambahkan

Diisi 1 ml air suling

Kertas lakmus

Di uji pH

B.  

Tabung reaksi 150 ml

Dekarboksilasi

Dimasukkan 0,1 gr kristal asam salisilat

Ditambah 2 ml NaHCO 3  10%

Diperhatikan

C.  

2 ml 0,1 M KMnO4

Oksidasi

Tabung reaksi 150 ml

Dituangkan

Ditambah 1 ml etanol dan d Diperhatikan

IV.

Tabung reaksi 150 ml

Senyawa Nitro

Dimasukkan 10 mg senyawa nitrobenzena

Dicampurkan 1,5 ml Fe(NH 4 ) 2 (SO 4 ) 2  15 %

Ditambah 1ml KOH 15% (suasana alkohol)

Diaduk kuat-kuat

Diperhatikan

V.    Ester

Tabung reaksi 75 ml

Pembuatan minyak gandapura

Dimasukkan HOC 6 H 4 COOH

Ditambah 5 tetes H 2 SO 4  3 M

Ditambah 3 tetes air

Penangas air

Ditambah 3 atau 4 tetes CH 3 OH (setelah 1,5 menit)

Ditempatkan tabung reaksi 20-30 menit (suhu 60 0 Celcius)

3.3.       DATA PENGAMATAN

I.     Alkohol

A.    Uji Iodoform

Nama

Alkohol

Nama

Golongan

Pengamatan Hasil

Iodoform

1. Metanol Alkohol

primer

- Aldehid

2. Etanol Alkohol

primer

Bau tidak menyengat,

setelah penambahan

I 2 terbentuk kristal

berwarna coklat, dan

setelah dipanaskan

menjadi coklat tua. Serta

setelah bereaksi dengan

Aldehid

NaOH berubah warna

menjadi hitam, lalu lama

kelamaan menjadi biru tua.

3. i-Propanol Alkohol

sekunder

- Aldehid

4. t-Butanol Alkohol

sekunder

- Aldehid

B.     Oksidasi Alkohol

Nama Alkohol Nama

Golongan

Pengamatan Hasil Oksidasi

1.     Metanol Alkohol primer Bau tidak menyengat, mula-mula

berwarna hitam setelah ditambah

H 2 SO 4 , lalu berubah menjadi biru tua

setelah penambahan alkohol.

Aldehid

2.     Etanol Alkohol primer - Aldehid etanal

3.     i-Propanol Alkohol

sekunder

Mula-mula berwrna kuning muda, lalu

biru, coklat, dan terakhir biru tua,

Aldehid

4.     t-Butanol Alkohol

sekunder

Menghasilkan warna orange Aldehid

II.  Aldehida dan Keton

Uji Natrium Bisulfat

Nama Senyawa Perubahan Akibat Uji

1.    Aldehid +NaOH 3  40% Terdapat endapan putih susu, tidak

larut dalam air, dan terbentuk

senyawa padat

2.    Aseton Terbentuk lapisan bening,

endapan, dan tidak larut dalam air

III.   Asam dan Basa

A.    pH

Nama Senyawa Asam/Basa Struktur Kimia

1. CH 3 COOH Asam                     O

CH 2 —C—OH

2. NaOH Basa Na—OH

B.     Uji Natrium Bikarbonat

Nama Senyawa Perubahan Akibat Uji

Asam Salisilat + NaHCO 3 Tidak terbentuk gelembung gas

C.     Oksidasi

             O

  Reaksi              : C 2 H 5 OH    KmnO 4        CH 3 —C—OH

  Pengamatan     :

Terjadi perubahan warna dari ungu(KmnO 4 ) menjadi ungu pekat, dan        beraroma buah-

buahan, serta terjadi perubahan suhu.

  Kesimpulan     : oksidasi alkohol primer menghasilkan Asam karboksil.

IV.   Senyawa Nitro

Uji ferohidroksida

Nama Senyawa Perubahan Akibat Uji Struktur Kimia Produk

Feridroksida[Fe(OH) 3 ]

Terbentuk endapan, dan terjadi

perubahan warna dari hijau menjadi

merah coklat

R—NH 2  +Tugas kimia

organik

-AGUS SETIAWAN

1. mengidentifikaasi gugus fungsi

2. eksplorasi gugus fungsi dan sipatnya, contoh soal

3 ekplorasi praktikum uji gugus fungsi

MENGIDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

Judul : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik

Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari teknik pengukuran fisik untuk mengidentifikasi suatu

senyawa organik.

2. Uji kimia untuk mengidentifikasi gugus fungsional senyawa organik.

Pendahuluan

Senyawa kimia mempunyai sifat fisik dan kimia yang berbeda antara senyawa satu

dengan yang lainnya. Sifat fisik dan kimia bisa dilihat dari gugus fungsi yang menempel

pada senyawa. Gugus fungsi adalah kelompok atom dengan pola ikatan tertentu yang

bisa digunakan sebagai penanda. Gugus fungsi tersebut antara lain alkane, alkena,

alkuna, alkohol, alkanon, aldehida, ester, dan lain-lain (Sjaifullah,2008:6).

Masing – masing gugus fungsi tersebut memiliki ciri khusus karena ikatan yang dibentuk

tidak sama satu dengan yang lain. Alkohol memiliki gugus fungsi –OH, sedangkan

alkena memiliki ikatan hidrokarbon dengan dua ikatan rangkap.

Terdapat beberapa gugus fungsi selain alkohol dan alkena,, misalnya gugus karbonil.

Gugus karbonil mengandung gugus asil yaitu R-C=O yang terikat pada residu lain.

Gugus asil pada keton dan aldehid terikat pada atom C dan H yang tidak dapat

menstabilisasi muatan negative sehingga tidak dapat berperan sebagai gugus pergi

dalam reaksi substitusi (Nuriman, 2007).

Gugus fungsi dapat diidentifikasi dengan mereaksikan sampel dengan reagen tertentu.

Alkohol dapat diidentifikasi dengan metode Lucas, yaitu sampel uji ditambahkan dengan

reagen Lucas dan diamati perubahan yang terjadi. Metode tes kromat dilakukan dengna

menambahkan sedikit aseton dan asam kromat, kemudian diamati perubahan yang

terjadi. Metode iodoform dengan menambahkan sedikit NaOH, sedangkan metode tes

Feri klorida dengan menambahkan beberapa feri klorida. Metode reaksi dengan

Na2CO3 dan NaHCO3 dengan menambahkan zat tersebut ke dalam sampel yang akan

diidentifikasi (Dewi, 2013).

Hidrokarbon dapat diidentifikasi dengan beberapa uji, yaitu uji bromin dan uji Baeyer. Uji

bromin bertujuan untuk mengetahui pengaruh cahaya dalam mempercepat terjadinya

reaksi hidrokarbon. Hasil positif uji bromin apabila gas HBr berwarna coklat sampai

kuning terbentuk. Sifat gas ini bersifat asam dan beracun. Uji Baeyer dilakukan untuk

menunjukkan kereaktifan hidrokarbon alifatik, alisiklik, dan aromatik terhadap oksidator

KMnO4 yang merupakan katalis. Hasil positif uji Baeyer ditandai dengan adanya

perubahan pada larutan yang tidak berwarna hingga menjadi endapan hitam (Andrian,

2012).

Alkohol dan hidrokarbon memiliki reagen spesifik untuk menguji gugus fungsi. Setiap

gugus fungsi memiliki reaksi yang spesifik dengan reagen tertentu sehingga dapat

digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa. Percobaan ini akan mempelajari

bagaimana cara mengidentifikasi suatu senyawa organik.

Prinsip Kerja

Prinsip kerja yang digunakan adalah mengidentifikasi senyawa organik berdasarkan

gugus fungsi yang menandakan sifat fisik dan kimia suatu senyawa tersebut.

Alat

1. Labu ukur 10mL

2. Tabung reaksi

3. Pemanas listrik

4. Pipet tetes

5. Gelas ukur 50mL

6. Termometer 0-110

7. Penangas air

8. Beaker glass 500mL

Bahan

1. Larutan 5% Br2 dalam n-oktanol atau CH2Cl2

2. Toluena

3. Etanol

4. Aseton

5. Heksena

6. Sikloheksena

7. Bensaldehida

8. Fenol

9. Methanol

10. 1-propanol

11. 2-butanol

12. Butiraldehida

13. Asetofenon

14. ,n-oktanol

15. Klorobensena

16. asetil klorida

17. bensilklorida

18. t-butil bromide

19. larutan 1% Br2

20. larutan FeCl3 5%

21. larutan 2% KmnO4

22. larutan 5% Br2 dalam CH2Cl2

23. 5% Br2 dalam oktanol atau CH2Cl2 atau 1% dalam air

24. larutan 15% NaI dalam aseton

25. 2% AgNO3 dalam etanol 95%

26. 5 gram CrO3 dalam 15 ml air

27. 5 ml H2SO4 pekat

28. 2,4-dinitofenilhidrasin

29. dietilen glikol atau DMF

30. HCl pekat,

31. larutan 5% AgNO3

32. larutan 5% NaOH

33. larutan NH3 encer

34. Fehling A: 34,64 g CuSO4.5H2O dalam 500 mL larutan

35. Fehling B: 65 g NaOH dan 173 g KNa tartarat dalam 500 mL larutan.

Prosedur Kerja

1. Uji kimia ketidakjenuhan

a. Reaksi dengan brom

Reagen : 5% Br2 dalam oktanol atau CH2Cl2 atau 1% dalam air

1. Dimasukkan 4 tetes heksena atau sampel lainnya yang disediakan, misalnya toluena,

aseton, etanol, bensaldehida ke dalam tabbung reaksi bersih dan kering.

2. Ditambahkan 2mL n-oktanol.

3. Dikocok campuran tersebut perlahan – lahan dan ditambahkan tetes demi tetes

larutan brom sampai tidak terjadi perubahan warna.

4. Dicatat jumlah tetes tiap sampel.

b. Oksidasi dengan KMnO4

Reagen : larutan 2% KMnO4

1. Dilarutkan 4 tetes heksena atau sampel lainnya yang disediakan, misalnya toluena,

aseton, etanol, bensaldehida ke dalam sedikit mungkin aseton atau air di dalam tabung

reaksi kering dan bersih.

2. Ditambahkan tetes demi tetes larutan KMnO4 sampai terjadi endapan hitam (atau

larutan menjadi keruh).

3. Dicatat jumlah tetes tiap sampel.

2. Uji adanya halogen

a. Reagen : 2% AgNO3 dalam etanol 95,5%

1. Dimasukkan 3 tetes klorobensena atau sampel lainnya yang disediakan, misalnya n-

butil klorida, kloroform, bensil klorida, bensoil klorida, t-butil bromida di dalam tabung

reaksi kering dan bersih.

2. Ditambahkan 2mL reagen AgNO3.

3. Didiamkan selama beberapa menit.

4. Dimasukkan tabung reaksi ke dalam penangas air (50-60oC)

5. Dicatat waktu yang diperlukan untuk terjadinya endapan.

3. Uji adanya OH alkohol

a. Reagen : Asam Kromat

1. Dimasukkan 4 tetes sampel metanol, etanol, 2-butanol, metil klorida, 1 tetes aseton

dan 1 tetes larutan asam kromat ke dalam tabung reksi yang bersih dan kering.

2. Dikocok campuran tersebut.

3. Diamati perubahan yang terjadi, jika positif larutan akan berubah warna dari kuning ke

biru kehijauan atau terbentuk endapan.

4. Uji aldehida dan keton

a. Reagen : 2-4 dinitrofenilhidrazin, dietil glikol atau DMF, HCl pekat

1. Dimasukkan 2 tetes sampel (aseton, bensaldehida, butiraldehida, asetofenon), 2mL

etanol 95% dan 1 mL larutan fenilhidrazin.

2. Dilakukan pengocokan kuat-kuat.

3. Dipanaskan dengan pembakar spirtus apabila terbentuk endapan.

4. Diamati perubahan yang terjadi (tes positif akan terbentuk endapan kuning – merah).

b. Tes Fehling

Reagen : Fehling A : 34,64 g CuSO4.5H2O dalam 500 mL

Fehling B : 65 g NaOH dan 173 g KNa tartarat dalam 500 mL larutan

1. Dimasukkan 1 mL sampel, 1 mL reagen fehling A dan B ke dalam tabung reaksi.

2. Dipanaskan tabung reaksi di dalam penangas air mendidih selama 5 menit.

3. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi pada sampel aldehida dan keton.

c. Tes Tollen

Reagen : larutan 5% AgNO3, larutan 5% NaOH, larutan NH3 encer (pengenceran 10

kali ammonia pekat).

1. Dimasukkan sampel, 1mL larutan 5% AgNO3, 1mL larutan 5% NaOH, dan 5 tetes

ammonia ke dalam tabung reaksi yang bersih.

2. Dipanaskan tabung reaksi di dalam penangas air mendidih selama 5 menit.

3. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi pada sampel aldehida dan keton.

5. Uji Fenol

1. Dimaukkan 2 tetes sampel dan 1 tetes FeCl3 ke dalam tabung reaksi yang bersih dan

kering.

2. Dilakukan pengocokan kuat – kuat.

3. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi pada sampel (hasil positifnya adalah

perubahan warna dari orange kehijauan akan pudar terhadap waktu).

Data

1. Uji kimia ketidakjenuhan

a. Reaksi dengan bromin

Senyawa Sebelum Ditambah Br2 Jumlah tetes

Toluena Tidak berwarna Terbentuk 2 fasa 6 tetes

Aseton Tidak berwarna Tidak terjadi perubahan 40 tetes

Etanol Tidak berwarna Tidak terjadi perubahan 40 tetes

Benzaldehida Tidak berwarna Terbentuk 2 fasa 15 tetes

b. Oksidasi dengan KMnO4

Senyawa Sebelum Ditambah KMnO4 Jumlah tetes

Toluena Tidak berwarna Endapan hitam 1 tetes

Aseton Tidak berwarna Endapan hitam 6 tetes

Etanol Tidak berwarna Endapan hitam 1 tetes

Benzaldehida Tidak berwarna Endapan hitam 2 tetes

2. Uji adanya halogen

a. Reagen 2% AgNO3 dalam etanol 95%

Senyawa Penambahan Reagen Pemanasan

Klorobenzena Terbentuk 2 fasa Terbentuk 2 fasa, berwarna coklat bening

Kloroform Terbentuk 2 fasa 1 fase , berwarna putih keabu-abuan

b. Reagen larutan 15% NaI dalam aseton kering

Waktu : 1 jam 5 menit

Senyawa Penambahan Reagen Pemanasan

Klorobenzena Terbentuk 2 fasa Terbentuk 1 fasa, berwarna coklat bening

Kloroform Terbentuk 2 fasa 1 fase , berwarna putih keabu-abuan

3. Uji adanya OH Alkohol

Senyawa Sebelum Pemanasan

Metanol Tidak berwarna Hijau pekat

Etanol Tidak berwarna Endapan hijau kehitaman, larutan berwarna hijau

2-butanol Tidak berwarna Endapan hitam, larutan kecoklatan keruh

Aseton Tidak berwarna Endapan biru tua, larutan kuning kecoklatan bening

4. Uji Aldehida

a.

Senyawa Sebelum Pemanasan

Aseton Tidak berwarna Kuning +++

Benzaldehida Tidak berwarna Kuning ++

Asetoferon Tidak berwarna Kuning +

b. Tes Fehling

Senyawa Sebelum Ditambah Fehling A dan B Pemanasan

Aseton Tidak berwarna Biru Biru +++

Benzaldehida Tidak berwarna Biru Terdapat 2 fase, berwarna biru +

Asetoferon Tidak berwarna Biru Terdapat 2 fase, berwarna biru ++

c. Tes Tollen

Senyawa Sebelum Penambahan Pemanasan selama 5 menit

AgNO3 NaOH

Aseton Tidak berwarna Larutan keruh Terdapat endapan coklat Terdapat endapan abu-

abu

Benzaldehida Tidak berwarna Larutan keruh Terdapat endapan coklat Terdapat

endapan abu-abu

Asetoferon Tidak berwarna Larutan keruh Terdapat endapan coklat Terdapat endapan

abu-abu

5. Uji fenol

Senyawa Sebelum Penambahan FeCl3 dan pengocokan

2-butanol Tidak berwarna Kuning

fenol Tidak berwarna Orange

2-propanol Tidak berwarna Orange

Hasil

1. Uji kimia ketidakjenuhan

Uji Kimia Ketidakjenuhan Senyawa Hasil

a. Reaksi dengan brom Toluena Negatif

Aseton Negatif

Etanol Negatif

Benzaldehida Negatif

b. Oksidasi dengan KMnO4 Toluena Negatif

Aseton Negatif

Etanol Negatif

Benzaldehida Positif

Aseton Benzaldehida Etanol Toluena

Gambar 1.a reaksi dengan bromide

Aseton Benzaldehida Etanol Toluena

Gambar 1.b oksidasi dengan KMnO4

2. Uji adanya halogen

Uji adanya Halogen Senyawa Hasil

a. Reagen 2% AgNO3 dalam etanol 95% Klorobenzena Negatif

Kloroform Negatif

b. Reagen larutan 15% NaI dalam aseton kering

Waktu : 1 jam 5 menit Klorobenzena Negatif

Kloroform Negatif

Klorobenzena Kloroform

Gambar 2.a reagen 2% AgNO3 dalam etanol 95%

Klorobenzena Kloroform

Gambar 2.b Reagen larutan 15% NaI dalam aseton kering

3. Uji adanya OH alcohol

Senyawa Hasil

Metanol Positif

Etanol Positif

2-butanol Positif

Aseton Negatif

2-butanol aseton etanol methanol

Gambar 3. Uji adanya OH alkohol

4. Uji aldehida dan keton

Uji aldehid dan keton Senyawa Hasil

a. Reagen : 2-4 dinitrofenilhidrazin, dietil glikol atau DMF, HCl pekat

Aseton Positif

Benzaldehida Positif

Asetofenon Positif

b. Tes fehling Aseton Negatif

Benzaldehida Negatif, harusnya positif

Asetofenon Negatif

c. Tes tollen Aseton Positif, harusnya negatif

Benzaldehida Positif

Asetofenon Positif, harusnya negatif

Asetofenon Aseton Benzaldehida

Gambar 4.a Reagen : 2-4 dinitrofenilhidrazin

Asetofenon Aseton Benzaldehida

Gambar 4.b Tes Fehling

Asetofenon Aseton Benzaldehida

Gambar 4.b Tes Tollens

5. Uji fenol

Senyawa Hasil

2-butanol Negatif

Fenol Negatif

2-propanol Negatif

1-propanol Butanol Fenol

Gambar 5. Uji fenol

Pembahasan Hasil

Percobaan pertama adalah meguji ketidakjenuhan. Identifikasi ketidakjenuhan adalah

mengidentifikasi ikatan rangkap baik rangkap dua, maupun rangkap tiga yang terdapat

dalam senyawa kimia. Uji ketidakjenuhan menggunakan dua metode yaitu

menggunakan brom dan KMnO4. Brom (Br2) bereaksi sangat cepat dengan senyawa

yang mengandung ikatan rangkap. Reaksi tersebut dapat diketahui dari perubahan

warna larutan. Brom adalah larutan yang berwarna merah kecoklatan, dan apabila

bereaksi dengan senyawa yang mengandung ikatan rangkap maka warna merah

kecoklatan akan hilang dan menjadi larutan yang tidak berwarna.

Senyawa yang diidentifikasi adalah toluena, aseton, etanol, dan benzaldehida. Uji

ketidakjenuhan yang pertama adalah toluena. Toluena adalah larutan yang tidak

berwarna dan ditambahkan reagen 5% Br2 dalam oktanol. Namun, larutan Br2 tidak

berwarna merah kecoklatan, sehingga penambahan larutan Br2 tidak merubah warna

larutan menjadi merah kecoklatan. Hal tersebut dikarenakan Br2 yang digunakan

memiliki konsentrasi yang kecil, akibatnya tidak dapat diamati perubahan warnanya.

Penambahan Br2 pada toluena menghasilkan larutan yang berbeda fase. Larutan yang

dibawah adalah larutan toluena, sedangkan yang di atas adalah Br2 , sebab densitas

toluena lebih besar dibandingkan Br2. Perbedaan fase tersebut mengindikasikan bahwa

toluena dan Br2 tidak bereaksi dengan toluena.

Toluena memiliki ikatan rangkap, namun hasilnya negatif karena toluena tidak dapat

bereaksi dengan Br2 disebabkan karena toluena merupakan turunan senyawa benzana

sehingga tidak bida substitusi. Toluena dapat bereaksi dengan Br2 apabila terdapat

katalis asam(Fessenden, 1982).

Senyawa kedua yang diuji adalah aseton. Hasil yang didapat dengan penambahan

reagen Br2 adalah tidak ada perubahan yaitu larutan tetap bening (tidak berwarn). Hal

ini berarti keduanya tidak terjadi reaksi. Apabila dilihat dari strukturnya, aseton memiliki

ikatan rangkap. Namun, karena memiliki halangan steric yang besar maka aseton tidak

dapat bereaksi. Alasan lain yaitu karena keton mempunyai gugus karbonil dan halogen

merupakan nukleofil yang kuat maka apabila direaksikan akan menghasilkan gugus

alkoksi. Br2 sendiri merupakan senyawa yang lebih lemah dari karbonil, sehingga Br2

yang diikat oleh atom C akan dilepaskan kembali sehingga kesetimbangan cenderung

bergeser ke arah reaktan.

Senyawa ketiga adalah etanol yang merupakan larutan tidak berwarna. Penambahan

larutan Br2 tidak mempengaruhi larutan (tidak ada perubahan), artinya larutan tidak

bereaksi. Hal itu sesuai dengan struktur etanol yang tidak mempunyai ikatan rangkap.

Benzaldehida adalah senyawa yang diuji selanjutnya. Senyawa ini ditambahkan reagen

Br2 unutk mengidentifikasi ketidakjenuhan atau ikatan rangkap. Hasil dari pengujian ini

adalah negatif, sebab terbentuk dua fasa. Larutan yang berada di bawah adalah

benzaldehida sedangkan larutan yang ada di atas adalah bromin, sebab densitas

bromin lebih rendah dibandingkan benzaldehida. Uji ketidakjenuhan benzaldehida

negatif karena merupakan senyawa aromatik yang memiliki elektron terdelokalisasi

secara merata sehingga memiliki struktur yang stabil. Senyawa turunan benzena yang

bersifat aromatis tidak bisa diadisi dan apabila diadisi akan menghasilkan senyawa yang

bersifat tidak aromatis.

Uji ketidakjenuhan yang kedua menggunakan oksidasi KMnO4. Reaksi positif

menggunakan oksidasi KMnO4 adalah adanya perubahan warna dari ungu menjadi

coklat. Uji ini digunakan pada larutan aseton, benzaldehida, etanol, dan toluena.

Keempat larutan tersebut ditambahkan larutan KMnO4 dan menghasilkan larutan

berwarna hitam. Namun, kelamaan larutan benzaldehida berwarna coklat. Hasil ini

menandakan bahwa benzaldehida mengandung struktur yang tidak jenuh atau ikatan

rangkap. Hal tersebut sesuai dengan rumus benzaldehida, yaitu

Reksi oksidasi benzaldehida dengan KMnO4 menghasilkan senyawa baru yaitu asam

benzoate(Fessenden, 1982).

Ketiga senyawa yang lain yaitu aseton, etanol, dan toluena tidak menghasilkan hasil

positif. Larutan tetap berwana ungu pekat. Hal tersebut karena senyawa tersebut tidak

dapat dioksidasi. Aseton atau propanon tidak dapat dioksidasi karena posisi ikatan

rangkap yang berada di tengah dan atom C tidak mengikat atom hidrogen.

Etanol dapat dioksidasi menjadi aldehid dan asam karboksilat. Reaksi etanol dengan

KMnO4 berlangsung dan dihasilkan senyawa golongan aldehida yaitu asetaldehida.

Namun, hasil uji ketidakjenuhan bernilai negatif sebab etanol tidak memiliki ikatan

rangkap. Namun, pada hasil yang didapat penambahan KMnO4 dihasilkan endapan

yang berwarna merah kecoklatan. Hasil ini disebabkan karena kesalahan praktikan,

mungkin karena alat yang terkontaminasi oleh senyawa lain sehingga menghasilkan

hasil yang positif.

Toluena dapat dioksidasi menggunakan KMnO4 karena toluena merupakan turunan

benzena dan memiliki elektron yang terdelokalosasi secara merata sehingga strukturnya

stabil. Namun, Toluena dapat dioksidasi dengan menggunakan katalis asam

menghasilkan asam benzoat karena gugus metil yang dioksidasi dan menghasilkan

asam benzoat yang memiliki struktur yang stabil(Bruice, 2007).

Uji selanjutnya adalah uji adanya halogen. Uji ini menggunakan dua reagen yaitu

menggunakan AgNO3 dan NaI. Senyawa yang diidentifikasi adalah klorobenzena, dan

kloroform. Hasil positif dari reaksi menggunakan AgNO3 adalah larutan yang semula

tidak berwarna akan menjadi larutan yang berwarna putih dan keruh.

Klorobenzena adalah senyawa turunan benzena yang stabil. Klorobenzena yang

direaksikan dengan AgNO3 menghasilkan larutan yang berwarna coklat, seharusnya

menghasilkan endapan putih. Endapan putih yang tidak dihasilkan ini disebabkan klorin

yang terdapat pada senyawa telah menguap. Reaksi ini berdasarkan reaksi adisi

nukleofilik, NO3- akan menggantikan halogen menghasilkan nitro benzena (reaksi

nitrasi). Hasil penambahan klorobenzena AgNO3 pada klorobenzena adalah negatif.

Seharusnya penambahan ini menghasilkan reaksi positif, karena gugus halogen yang

dioksidasi akan digantikan oleh NO3- sebagai cabang benzena dan menghasilkan

senyawa yang stabil pula.

Uji senyawa klorobenzena menggunakan NaI tidak dapat terjadi, sebab ion klorida pada

senyawa klorobenzena memiliki elektronegativitas yang lebih tinggi dibandingkan ion

iodida pada NaI, sehingga I tidak dapat mendesak Cl.

Hasil yang sama juga terjadi pada reaksi antara kloroform dengan NaI. Klorofrom tidak

dapat bereaksi dengan NaI dikarenakan I- memiliki elektronegativitas yang lebih rendah

dibandingkan Cl-.

Uji halogen kloroform menggunakan AgNO3 bereaksi. Hal ini dikarenakan Ag akan

mengikat halogen dan NO3 akan terikat pada karbon senyawa kloroform. Reaksi ini

akan menghasilkan endapan putih. Namun, hasil yang didapat tidak sesuai karena

hanya terdapat larutan yang berwarna putih. Hal ini disebabkan halogen yang terdapat

pada senyawa tersebut telah menguap sehingga tidak menghasilkan endapan putih.

Uji yang ketiga yaitu uji adanya alkohol. Senyawa yang diuji adalah methanol, etanol, 2-

butanol, dan aseton. Uji adanya alkohol ini menggunakan asam kromat. Hal ini

disebabkan karena asam kromat mampu mengoksidasi alkohol primer menjadi asam

karboksilat. Alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton, sedangkan alkohol tersier tidak

dapat dioksidasi dengan asam kromat. Uji positif ini menghasilkan endapat hijau

disebabkan ion dikromat(VI) direduksi menjadi sebuah larutan hijau yang mengandung

ion kromium(III). Penambahan asam kromat pada methanol merubah larutan yang

awalnya tidak berwarna menjadi hijau pekat. Hasil ini menandakan bahwa pada etanol

terdapat gugus OH (reaksi positif).

Penambahan asam kromat pada etanol merubah larutan yang awalnya tidak berwarna

menjadi larutan berwarna hijau. Endapan dari pencampuran asam kromat dan etanol

adalah berupa endapan hijau. Hasil ini merupakan hasil positif untuk pengujian adanya

OH.

Penambahan asam kromat pada 2-butanol memnghasilkan larutan yang berwarna

kecoklatan keruh dan terbentuk endapan hitam. Hasil ini sebenarnya kurang sesuai,

karena apabila dilihat strukturnya, senyawa 2-butanol mengandung gugus OH. Hal ini

disebabkan karena OH pada 2-butanol terletak pada posisi sekunder, sehingga apabila

dieaksikan akan membentuk propanon, sehingga perubahan warna yang terjadi tidak

sesuai dengan perubahan reagen yang sesuai.

Penambahan asam kromat pada aseton menghasilkan endapan berwarna biru tua

dengan larutan berwarna kuning kecoklatan. Penambahan ini tidak menyebabkan asam

kromat dan aseton bereksi. Hasil ini merupakan hasil negatif dan sesuai dengan struktur

molekulnya, karena tidak mengandung gugus OH sehingga tidak teridentifikasi.

Uji yang keempat adalah uji aldehida dan keton menggunakan 2,4-dinitrofenilhidrazin.

Senyawa yang diidentifikasi adalah aseton, benzaldehida, dan asetofenon. Hasil positif

menggunakan 2,4-dinitrohidrazin adalah terbentuk endapan berwarna kuning atau

bewarna merah pada padatan terlarutnya besar. 2,4-dinitrofenilhidrazin digunakan untuk

mengidentifikasi adanya karbonil.

Penambahan 2,4-dinitrohidrazin pada aseton setelah dipanaskan tidak menghasilkan

endapan berwarna kuning, namun menghasilkan larutan berwarna kuning pekat,

sehingga bisa dikatakan uji keton menggunakan aseton merupakan hasil positif.

Penambahan 2,4-dinitrohidrazin pada benzaldehida setelah dipanaskan tidak

menghasilkan endapan kuning, namun menghasilkan larutan yang berwarna kuning.

Penambahan 2,4-dinitrohidrazin pada asetofenon setelah dipanaskan juga tidak

menghasilkan endapan kuning, namun hanya menghasilkan larutan yang berwarna

kuning.

Larutan kuning yang dihasilkan sudah mengindikasikan adanya gugus aldehid dan

keton. Pemanasan pada uji ini bertujuan untuk mempercepat reaksi.

Uji aldehida dan keton yang kedua menggunakan tes fehling yaitu fehling A dan fehling

B. Reaksi positif dari uji fehling ini adalah terjadinya perubahan warna dari biru menjadi

merah bata. Larutan Fehling mengandung ion tembaga(II) yang dikompleks dengan ion

tartrat dalam larutan natrium hidroksida. Pengompleksan ion tembaga(II) dengan ion

tartrat dapat mencegah terjadinya endapan tembaga(II) hidroksida(Fessenden, 1982).

Tes fehling akan bereaksi dengan aldehid menghasilkan endapan merah bata,

sedangkan keton dengan tes fehling tidak bereaksi. Uji fehling pada asetofenon, aseton,

dan benzaldehida menghasilkan larutan yang berwarna biru. Ketiga senyawa tersebut

dipanaskan selama lima menit. Hasilnya asetofenon (biru ++) memiliki batas fasa yang

sedikit, sedangkan pada benzaldehida menghasilkan larutan yang berwarna biru lebih

muda dari asetofenon (biru +) dan fasa yang terpisah berwarna kuning. Aseton tidak

mengalami perubahan (larutan tetap berwarna biru tua (biru +++).

Uji aldehida dan keton dengan tes fehling ini terbukti bahwa keton menghasilkan tes

negative karena tidak terbentuk endapan merah bata. Asetofenon dan aseton tidak

menunjukkan hasil positif karena merupakan keton, sedangkan benzaldehida

menunjukkan hasil negative karena tes fehling tidak dapat digunakan untuk

mengidentifikasi senyawa aldehid aromatis. Fehling tidak dapat mengoksidasi senyawa

cincin benzena melainkan hanya dapat mengoksidasi gugus alkilnya saja sehingga

warna benzaldehida tidak berubah menjadi merah bata.

Uji aldehida dan keton yang ketiga dengan menggunakan tes tollens. Aldehid yang

direaksikan dengan pereaksi tollens menghasilkan cermin perak, sedangkan pada keton

tidak bereaksi. Aseton, asetofenon, dan benzaldehida menghasilkan endapan coklat

keabu-abuan. Ketiga senyawa tersebut dipanaskan dan dihasilkan endapan abu-abu.

Namun, seharusnya hanya senyawa benzaldehida yang menghasilkan cermin perak.

Hal ini disebabkan karena dalam setiap senyawa mengandung atom C,H, dan O.

Seharusnya aseton dan asetofenon tidak menghasilkan tes postif. Karena aseton dan

asetofenon merupakan senyawa keton, sehingga tidak bereaksi dan tidak menghasilkan

endapan abi-abu atau cermin perak. Kesalahan ini disebabkan praktikan kurang teliti

dalam melakukan uji karena mungkin tabung reaksi yang digunakan terkontaminasi

senyawa lain.

Uji kelima adalah uji adanya fenol. Hasil positif reaksi ini menghasilkan warna ungu,

kuning, merah jambu sesuai dengan struktur fenol dengan besi (III). Uji ini dengan

menggunakan 2-butanol, fenol, dan 2-propanol. Hasil yang didapatkan adalah 1-

propanol berwarna kuning, fenol dan 2-propanol berwarna orange. Hasil yang

didapatkan ini tidak sesuai sebab senyawa yang sudah ditambahkan reagen dan

dikocok tetap berwarna seperti semula, tidak menunjukkan adanya perubahan warna

yang semakin pudar. Seharusnya, fenol bereaksi menghasilkan warna yang semakin

pudar. Hal ini disebabkan konsentrasi atau kadar FeCl3 yang digunakan terlalu lemah,

sehingga tidak dapat mendeteksi adanya fenol dalam suatu senyawa.

\

Kesimpulan

1. Identifikasi senyawa organik dengan menambahkan suatu reagen yang spesifik

terhadap gugus fungsi.

Referensi

Andrian. 2012. http://dannaadriann.blogspot.com/2012/01/identifikasi-hidrokarbon.html.

Serial online[diakses pada tanggal 26 Februari 2014]

Bruice,Paula Y. 2007. Organic Chemistry fifth edition. London : Pearson Education

Dewi. 2013. http://widewidewi.blogspot.com/2013/08/laporan-praktikum- identifikasi-

senyawa.html. Serial Online[diakses pada tanggal 26 Februari 2014]

Fessenden, R.J. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Koordinator praktikum kimia organik. 2014. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Jember :

Universitas Jember

Nuriman. 2007. Kimia Organik. Jember : Universitas Jember

Sjaifullah. 2008. Kimia Organik. Jember : Universitas Jember

Saran

Praktikum selanjutnya harus lebih cekatan dalam menggunakan senyawa organik,

sebab senyawa organik mudah menguap, dan teknik lab harus lebih ditingkatkan agar

didapatkan hasil yang sesuai dengan fakta0fakta yang ada.

A. Gugus fungsi

Atom atau kelompok atom yang paling menentukan sifat suatu senyawa

dan merupakan ciri khas dari suatu deret homolog kimia karbon

disebut gugus fungsi. Jika etana (C2H6) memiliki deret homolog alkana,

dan satu atom H-nya digantikan dengan gugus alkohol (—OH) maka

menjadi C2H5OH. Maka, akan berdampak pada perubahan sifat senyawa

(fisis dan kimia) dari etana ke etanol (C2H5OH). Kesimpulan: gugus

fungsi akan membuat sifat dan struktur alkana berubah, tetapi masih dalam

satu deret homolog

1.

.Gugus fungsi —OH (alkohol atau alkanol)

Pada pembahasan di atas etana berbeda dengan etanol. Etanol termasuk

ke dalam gugus alkohol karena mempunyai gugus fungsi —OH dalam

rumus kimianya (C2H5OH). Seperti pada pelajaran sifat koligatif larutan,

alkohol mudah menguap jadi sering digunakan untuk parfum.

2. Gugus fungsi —O— (eter atau alkoksialkana)

Disebut alkosialkana karena penggabungan dari kata: Al , oksi, alkana.

Yang artinya (ambil contoh CH3—CH2—O—H3)

^^^Al = adalah rantai karbon sebelah kiri eter yaitu CH3—CH2 atau C2H5

(etil)

^^^O = eter (—O—)

^^^Alkana = adalah alkana yang atom H-nya menjadi gugus alkil yaitu CH3

3. Gugus fungsi —CHO (aldehida atau alkanal)

Disebut alkanal karena mempunyai gugus mirip dengan alkohol dan asam

karboksilat, ada OH dan COOH-nya. Nah, dalam aldehida terdapat dalam

formalin dan pengawetan mayat

4. Gugus fungsi —CO— (keton atau alkanon)

Gugus fungsi ini disebut keton karena mengandung atom karbon dan

oksigen berjumlah satu (1). Karbon mewakili hurus Ke, dan oksigen

mewaklili huruf ton dalam nama turunan alkana keton. Keton biasanya

digunakan untuk pembersih kuku.

5. Gugus fungsi —COOH (asam karboksilat atau asam alkanoat)

Turunan alkana satu ini berbeda sama sekali karena nantinya dalam tata

nama senyawa, hanya asam karboksilat-lah yang menggunakan nama

depan asam serta menandakannya dengan huruf yunani alpha, beta,

gamma, dan omega. Contohnya CH3COOH dalam asam cuka

6. Gugus fungsi —COOR (ester atau alkil alkanoat)

Disebut alkil alkanoat karena R mewakili alkil, dan COO mewakili alkanoat

dalam gugus fungsinya. Nama ester hampir mirip dengan nama eter, jadi

harus hati-hati ya dalam tata namanya nanti

7. Gugus fungsi —X (haloalkana atau alkil halida)

Turunan alkana satu ini mempunyai nama yang unik yaitu haloalkana,

seolah-olah menyapa turunan alkana gitu lho. Ckckck. Gugus X dalam

turunan alkana ini adalah atom-atom halogen (golongan VIIA). Alkil halida

disebut juga monohaloalkana.

B. Senyawa turunan alkana

Senyawa yang dapat dianggap berasal dari senyawa alkana dengan

satu atau lebih atom hidrogennya diganti oleh gugus fungsi tertentu

disebut senyawa turunan alkana. Seperti dijelaskan pada “gugus

fungsi”, turunan alkana punya 7 buah turunan dengan gugus fungsi

berbeda. Di bawah ini adalah data lebih lengkap mengenai turunan

alkana disertai gugus fungsi dan contohnya:

Dalam tabel di atas, ada ketentuan:

^^^R = gugus alkil = CnH2n+1

^^^R’ = gugus yang sama dengan R namun letaknya berbeda

^^^X = unsur-unsur halogen (golongan VIIA)

Di bawah ini adalah contoh jenis gugus fungsi pada senyawa turunan

alkana:

Sifat-Sifat Gugus Fungsi

Sifat Fisika dan Kimia Alkohol

 Sifat Fisika

1. Titik didih alkohol relatif tinggi.Hal ini merupakan akibat langsung dari daya tarik

intermolekuler yang kuat.

2. Semua alkohol adalah polar tetapi tidak semua alkohol dapat larut dalam.

 Sifat Kimia

1. Dehidrasi alkohol.

2. Oksidasi alkohol.

3. Reaksi alkohol dengan logam Na dan K.

4. Esterifikasi.

Sifat Fisika dan Kimia Eter

 Sifat Fisika

1. Titik didih eter lebih kecil bila dibandingkan dengan alkohol.

2. Eter sedikit larut dalam air.

 Sifat Kimia

1. Eter bersifat inert seperti halnya alkana, eter tidak bereaksi dengan

oksidator,reduktor maupun basa. Sifat inilah yang menyebabkan eter banyak

.digunakan sebagai pelarut organik.

Sifat Fisika dan Kimia Aldehida

 Sifat Fisika

1. titik didihnya relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan senyawa nonpolar

yang setara.

2. Pada umumnya aldehida berfase cair,kecuali formaldehid yang berfase gas.

Formaldehid dan asetaldehid larut dalam air, sejalan dengan bertambahnya

rantai karbon, kelarutan dalam air akan turun.

 Sifat Kimia

1. Aldehida sangat mudah dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan reaksi

fehling dan Tollens.

2. Aldehida tidak membentuk ikatan hidrogen.

Sifat Fisika dan Kimia Keton

 Sifat Fisika

1. Titik didh keton relatif lebih tinggi daripada senyawa hidrokarbon dengan massa

molekul relatif yang hampir sama.

2. Larut dalam air.

3. Banyak keton yang memiliki bau harum.

 Sifat Kimia

1. Bila keton direduksi akan menghasilkan alkohol sekunder.

2. Keton tidak dapat dioksidasi oleh pereaksi Fehling dan Tollens

Sifat Fisika dan Kimia Asam Karboksilat

 Sifat Fisika

1. Pada umumnya titik didih asam karboksilat relatif tinggi.

2. Molekul asam karboksilat bersifat sangat polar.

3. Asam karboksilat dengan jumlah atom karbon rendah mempunyai bau asam ,

sedangkan jumlah atom karbon empat hingga delapan berupa cairan tidak

berwarna yang mempunyai bau yang sangat tidak enak.

 Sifat Kimia

1. Asam Lemah.

2. Reaksi yang terjadi tergolong reaksi netralisasi.

3. Reaksi esterifikasi.

Sifat Fisika dan Kimia Ester

 Sifat Fisika

1. Molekul ester bersifat polar.

2. Titik didih ester terletak antara keton dan eter dengan massa molekul relatif

yang hampir sama.

3. Ester dengan massa molekul relatif rendah larut dalam air.

4. Ester dengan sepuluh karbon atau kurang berupa cairan yang mudah menguap

dan baunya enak seperti buah-buahan.

 Sifat Kimia

1. Mengalami reaksi hidrolisis.

2. Mengalami reaksi reduksi.

Sifat Fisika dan Kimia Haloalkana

 Sifat Fisika’

1. Senyawa haloalkana tidak membentuk ikatan hidrogen dan tidak larut dalam air.

 Sifat Kimia

1. Haloalkana mengalami reaksi substitusi dengan suatu basa membentuk alkohol.

2. Haloalkana mengalami reaksi eliminasi dengan pereaksi basa kuat.

3. Haloalkana bereaksi dengan Na menghasilkan Alkana.

CONTOH SOAL:

1. Senyawa-senyawa dalam satu homolog mempunyai sifat-sifat sebagai

berikut, kecuali…

A. Mempunyai rumus umum sama

B. Mempunyai gugus fungsi sama

C. Mempunyai sifat kimia sama

D. Suku-suku berturutan mempunyai selisih massa molekul relatif

sebesar 14 satuan

E. Titik didih meningkat seiring dengan bertambah panjangnya rantai

karbon

–> Penyelesaian:

Obsein D salah karena pernyataan tsb hanya dimiliki oleh homolog alkana,

tidak dimiliki homolog alkena dan alkuna.

2. Gugus fungsi alkil alkanoat terdapat pada …

A. CH3COCH3

B. CH3COOCH3

C. CH3CHO

D. CH3CH2OH

E. C2H5COOH

–> Penyelesaian:

Alkil alkanoal mempunyai gugus fungsi R—COO—R’:

^^^Obsein A: terdapat gugus keton : CH3—CO—CH3

^^^Obsein B: gugus alkil alkanoat: CH3—COO—CH3

^^^Obsein C: gugus aldehida: CH3—CHO

^^^Obsein D: gugus alkohol: CH3—CH2—OH

^^^Obsein E: gugus asam karboksilat: C2H5—COOH

3. Gugus fungsi aldehida adalah …

A. —OH                                            D. —COOH

B. —O—                                           E. —CO—

C. —CHO—

4. Gugus fungsi eter, aldehida, dan ester berturut-turut adalah …

A. —O— ; —COOH ; —CO—

B. —OH ; —O— ; —COO—

C. —COO ; —CHO ; —O—

D. —O— ; —CHO ; —COO—

E. —CO ; —COH ; —O—

5. Di antara senyawa berikut, yang tergolong eter adalah …

   –> Penyelesaian:

  3.1.   ALAT BAHAN

Alat :

1.      Tabung reaksi berukuran 150 ml

2.      Bunsen

3.      Tabung reaksi yang berukuran 75 mm

Bahan:

1.        Alkohol 0.5 ml

2.        Air 5 ml

3.        NaoH 5 ml

4.        I2 / KI

5.        Kristal CHI3

6.        K2CrO7  0.1 M

7.        H2SO4 pekat 1 ml

8.        Asam organik /basa

9.        Bila padat /1.2 ml (4/5 tetes bila larutan)

10.    Kertas lakmus

11.    Kristal asam salisilat 0.1 g ( 0.2 ml, 4/5 tetes

larutan asam

12.    NaHCO3 2 ml

13.    KMNO4 2 ml 0.1 M

14.    Etanol 1 ml

15.    Senyawa nitrobenzena 10 mg

16.    Fe ( NH4)2 1.5 ml

17.    (SO4)2 15% 1.5 ml

18.    KOH 1 ml

19.    Asam salisilat HOC6H4 COOH

20.    H2SO4 3ml 5 tetes

21.    Metanol CH3OH

3.2.   PROSEDUR KERJA

I.       Alkohol

A.

Tabung reaksi 150 ml

Uji Iodoform

Dimasukkan 0,5 ml alkohol dalam 5 ml air

Ditambah 5 ml NaOH 10 % (1)

Digoyang, sambil diteteskan I 2  / KI 10%

Penangas air



Dipanaskan tabung reaksi

Ditambah lagi I 2  / KI

Tabung reaksi

Didinginkan

Digoyang, sambil ditambahkan beberapa tetes NaOH 10%

Diisi aquades dan dibiarkan 10 menit

Dicatat dan diamati

B.  

Tabung reaksi 150 ml

Oksidasi Alkohol

Dituangkan 2 ml K 2 Cr 2 O 7  0,1 M

Ditambah 1 ml H 2 SO 4  pekat

Diaduk

Didinginkan

Alkohol



Ditambahkan

Dicatat dan diamati

II.

Tabung reaksi 150 ml

Aldehida dan Keton

(1)

Dicampurkan 1 ml aldehida dengan 3 ml NaHSO 3  40%

Ditambahkan 1 atau 2 tetes alkohol

Digoyang

Terbentuk senyawa padat



Ditambahkan 3 ml air

Diulangi percobaan (1, 2, 3) dengan keton

III. Asam dan Basa

A.

Asam organik dan basa

Keasaman

0,1 gr / 1,2 ml asam organik dan basa

Disediakan

Tabung 75 ml

Ditambahkan

Diisi 1 ml air suling

Kertas lakmus

Di uji pH

B.  

Tabung reaksi 150 ml

Dekarboksilasi

Dimasukkan 0,1 gr kristal asam salisilat

Ditambah 2 ml NaHCO 3  10%

Diperhatikan

C.  

2 ml 0,1 M KMnO4

Oksidasi

Tabung reaksi 150 ml

Dituangkan

Ditambah 1 ml etanol dan d Diperhatikan

IV.

Tabung reaksi 150 ml

Senyawa Nitro

Dimasukkan 10 mg senyawa nitrobenzena

Dicampurkan 1,5 ml Fe(NH 4 ) 2 (SO 4 ) 2  15 %

Ditambah 1ml KOH 15% (suasana alkohol)

Diaduk kuat-kuat

Diperhatikan

V.    Ester

Tabung reaksi 75 ml

Pembuatan minyak gandapura

Dimasukkan HOC 6 H 4 COOH

Ditambah 5 tetes H 2 SO 4  3 M

Ditambah 3 tetes air

Penangas air

Ditambah 3 atau 4 tetes CH 3 OH (setelah 1,5 menit)

Ditempatkan tabung reaksi 20-30 menit (suhu 60 0 Celcius)

3.3.       DATA PENGAMATAN

I.     Alkohol

A.    Uji Iodoform

Nama

Alkohol

Nama

Golongan

Pengamatan Hasil

Iodoform

1. Metanol Alkohol

primer

- Aldehid

2. Etanol Alkohol

primer

Bau tidak menyengat,

setelah penambahan

I 2 terbentuk kristal

berwarna coklat, dan

setelah dipanaskan

menjadi coklat tua. Serta

setelah bereaksi dengan

Aldehid

NaOH berubah warna

menjadi hitam, lalu lama

kelamaan menjadi biru tua.

3. i-Propanol Alkohol

sekunder

- Aldehid

4. t-Butanol Alkohol

sekunder

- Aldehid

B.     Oksidasi Alkohol

Nama Alkohol Nama

Golongan

Pengamatan Hasil Oksidasi

1.     Metanol Alkohol primer Bau tidak menyengat, mula-mula

berwarna hitam setelah ditambah

H 2 SO 4 , lalu berubah menjadi biru tua

setelah penambahan alkohol.

Aldehid

2.     Etanol Alkohol primer - Aldehid etanal

3.     i-Propanol Alkohol

sekunder

Mula-mula berwrna kuning muda, lalu

biru, coklat, dan terakhir biru tua,

Aldehid

4.     t-Butanol Alkohol

sekunder

Menghasilkan warna orange Aldehid

II.  Aldehida dan Keton

Uji Natrium Bisulfat

Nama Senyawa Perubahan Akibat Uji

1.    Aldehid +NaOH 3  40% Terdapat endapan putih susu, tidak

larut dalam air, dan terbentuk

senyawa padat

2.    Aseton Terbentuk lapisan bening,

endapan, dan tidak larut dalam air

III.   Asam dan Basa

A.    pH

Nama Senyawa Asam/Basa Struktur Kimia

1. CH 3 COOH Asam                     O

CH 2 —C—OH

2. NaOH Basa Na—OH

B.     Uji Natrium Bikarbonat

Nama Senyawa Perubahan Akibat Uji

Asam Salisilat + NaHCO 3 Tidak terbentuk gelembung gas

C.     Oksidasi

             O

  Reaksi              : C 2 H 5 OH    KmnO 4        CH 3 —C—OH

  Pengamatan     :

Terjadi perubahan warna dari ungu(KmnO 4 ) menjadi ungu pekat, dan        beraroma buah-

buahan, serta terjadi perubahan suhu.

  Kesimpulan     : oksidasi alkohol primer menghasilkan Asam karboksil.

IV.   Senyawa Nitro

Uji ferohidroksida

Nama Senyawa Perubahan Akibat Uji Struktur Kimia Produk

Feridroksida[Fe(OH) 3 ]

Terbentuk endapan, dan terjadi

perubahan warna dari hijau menjadi

merah coklat

R—NH 2  +vTugas kimia

organik

-AGUS SETIAWAN

1. mengidentifikaasi gugus fungsi

2. eksplorasi gugus fungsi dan sipatnya, contoh soal

3 ekplorasi praktikum uji gugus fungsi

MENGIDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

Judul : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik

Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari teknik pengukuran fisik untuk mengidentifikasi suatu

senyawa organik.

2. Uji kimia untuk mengidentifikasi gugus fungsional senyawa organik.

Pendahuluan

Senyawa kimia mempunyai sifat fisik dan kimia yang berbeda antara senyawa satu

dengan yang lainnya. Sifat fisik dan kimia bisa dilihat dari gugus fungsi yang menempel

pada senyawa. Gugus fungsi adalah kelompok atom dengan pola ikatan tertentu yang

bisa digunakan sebagai penanda. Gugus fungsi tersebut antara lain alkane, alkena,

alkuna, alkohol, alkanon, aldehida, ester, dan lain-lain (Sjaifullah,2008:6).

Masing – masing gugus fungsi tersebut memiliki ciri khusus karena ikatan yang dibentuk

tidak sama satu dengan yang lain. Alkohol memiliki gugus fungsi –OH, sedangkan

alkena memiliki ikatan hidrokarbon dengan dua ikatan rangkap.

Terdapat beberapa gugus fungsi selain alkohol dan alkena,, misalnya gugus karbonil.

Gugus karbonil mengandung gugus asil yaitu R-C=O yang terikat pada residu lain.

Gugus asil pada keton dan aldehid terikat pada atom C dan H yang tidak dapat

menstabilisasi muatan negative sehingga tidak dapat berperan sebagai gugus pergi

dalam reaksi substitusi (Nuriman, 2007).

Gugus fungsi dapat diidentifikasi dengan mereaksikan sampel dengan reagen tertentu.

Alkohol dapat diidentifikasi dengan metode Lucas, yaitu sampel uji ditambahkan dengan

reagen Lucas dan diamati perubahan yang terjadi. Metode tes kromat dilakukan dengna

menambahkan sedikit aseton dan asam kromat, kemudian diamati perubahan yang

terjadi. Metode iodoform dengan menambahkan sedikit NaOH, sedangkan metode tes

Feri klorida dengan menambahkan beberapa feri klorida. Metode reaksi dengan

Na2CO3 dan NaHCO3 dengan menambahkan zat tersebut ke dalam sampel yang akan

diidentifikasi (Dewi, 2013).

Hidrokarbon dapat diidentifikasi dengan beberapa uji, yaitu uji bromin dan uji Baeyer. Uji

bromin bertujuan untuk mengetahui pengaruh cahaya dalam mempercepat terjadinya

reaksi hidrokarbon. Hasil positif uji bromin apabila gas HBr berwarna coklat sampai

kuning terbentuk. Sifat gas ini bersifat asam dan beracun. Uji Baeyer dilakukan untuk

menunjukkan kereaktifan hidrokarbon alifatik, alisiklik, dan aromatik terhadap oksidator

KMnO4 yang merupakan katalis. Hasil positif uji Baeyer ditandai dengan adanya

perubahan pada larutan yang tidak berwarna hingga menjadi endapan hitam (Andrian,

2012).

Alkohol dan hidrokarbon memiliki reagen spesifik untuk menguji gugus fungsi. Setiap

gugus fungsi memiliki reaksi yang spesifik dengan reagen tertentu sehingga dapat

digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa. Percobaan ini akan mempelajari

bagaimana cara mengidentifikasi suatu senyawa organik.

Prinsip Kerja

Prinsip kerja yang digunakan adalah mengidentifikasi senyawa organik berdasarkan

gugus fungsi yang menandakan sifat fisik dan kimia suatu senyawa tersebut.

Alat

1. Labu ukur 10mL

2. Tabung reaksi

3. Pemanas listrik

4. Pipet tetes

5. Gelas ukur 50mL

6. Termometer 0-110

7. Penangas air

8. Beaker glass 500mL

Bahan

1. Larutan 5% Br2 dalam n-oktanol atau CH2Cl2

2. Toluena

3. Etanol

4. Aseton

5. Heksena

6. Sikloheksena

7. Bensaldehida

8. Fenol

9. Methanol

10. 1-propanol

11. 2-butanol

12. Butiraldehida

13. Asetofenon

14. ,n-oktanol

15. Klorobensena

16. asetil klorida

17. bensilklorida

18. t-butil bromide

19. larutan 1% Br2

20. larutan FeCl3 5%

21. larutan 2% KmnO4

22. larutan 5% Br2 dalam CH2Cl2

23. 5% Br2 dalam oktanol atau CH2Cl2 atau 1% dalam air

24. larutan 15% NaI dalam aseton

25. 2% AgNO3 dalam etanol 95%

26. 5 gram CrO3 dalam 15 ml air

27. 5 ml H2SO4 pekat

28. 2,4-dinitofenilhidrasin

29. dietilen glikol atau DMF

30. HCl pekat,

31. larutan 5% AgNO3

32. larutan 5% NaOH

33. larutan NH3 encer

34. Fehling A: 34,64 g CuSO4.5H2O dalam 500 mL larutan

35. Fehling B: 65 g NaOH dan 173 g KNa tartarat dalam 500 mL larutan.

Prosedur Kerja

1. Uji kimia ketidakjenuhan

a. Reaksi dengan brom

Reagen : 5% Br2 dalam oktanol atau CH2Cl2 atau 1% dalam air

1. Dimasukkan 4 tetes heksena atau sampel lainnya yang disediakan, misalnya toluena,

aseton, etanol, bensaldehida ke dalam tabbung reaksi bersih dan kering.

2. Ditambahkan 2mL n-oktanol.

3. Dikocok campuran tersebut perlahan – lahan dan ditambahkan tetes demi tetes

larutan brom sampai tidak terjadi perubahan warna.

4. Dicatat jumlah tetes tiap sampel.

b. Oksidasi dengan KMnO4

Reagen : larutan 2% KMnO4

1. Dilarutkan 4 tetes heksena atau sampel lainnya yang disediakan, misalnya toluena,

aseton, etanol, bensaldehida ke dalam sedikit mungkin aseton atau air di dalam tabung

reaksi kering dan bersih.

2. Ditambahkan tetes demi tetes larutan KMnO4 sampai terjadi endapan hitam (atau

larutan menjadi keruh).

3. Dicatat jumlah tetes tiap sampel.

2. Uji adanya halogen

a. Reagen : 2% AgNO3 dalam etanol 95,5%

1. Dimasukkan 3 tetes klorobensena atau sampel lainnya yang disediakan, misalnya n-

butil klorida, kloroform, bensil klorida, bensoil klorida, t-butil bromida di dalam tabung

reaksi kering dan bersih.

2. Ditambahkan 2mL reagen AgNO3.

3. Didiamkan selama beberapa menit.

4. Dimasukkan tabung reaksi ke dalam penangas air (50-60oC)

5. Dicatat waktu yang diperlukan untuk terjadinya endapan.

3. Uji adanya OH alkohol

a. Reagen : Asam Kromat

1. Dimasukkan 4 tetes sampel metanol, etanol, 2-butanol, metil klorida, 1 tetes aseton

dan 1 tetes larutan asam kromat ke dalam tabung reksi yang bersih dan kering.

2. Dikocok campuran tersebut.

3. Diamati perubahan yang terjadi, jika positif larutan akan berubah warna dari kuning ke

biru kehijauan atau terbentuk endapan.

4. Uji aldehida dan keton

a. Reagen : 2-4 dinitrofenilhidrazin, dietil glikol atau DMF, HCl pekat

1. Dimasukkan 2 tetes sampel (aseton, bensaldehida, butiraldehida, asetofenon), 2mL

etanol 95% dan 1 mL larutan fenilhidrazin.

2. Dilakukan pengocokan kuat-kuat.

3. Dipanaskan dengan pembakar spirtus apabila terbentuk endapan.

4. Diamati perubahan yang terjadi (tes positif akan terbentuk endapan kuning – merah).

b. Tes Fehling

Reagen : Fehling A : 34,64 g CuSO4.5H2O dalam 500 mL

Fehling B : 65 g NaOH dan 173 g KNa tartarat dalam 500 mL larutan

1. Dimasukkan 1 mL sampel, 1 mL reagen fehling A dan B ke dalam tabung reaksi.

2. Dipanaskan tabung reaksi di dalam penangas air mendidih selama 5 menit.

3. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi pada sampel aldehida dan keton.

c. Tes Tollen

Reagen : larutan 5% AgNO3, larutan 5% NaOH, larutan NH3 encer (pengenceran 10

kali ammonia pekat).

1. Dimasukkan sampel, 1mL larutan 5% AgNO3, 1mL larutan 5% NaOH, dan 5 tetes

ammonia ke dalam tabung reaksi yang bersih.

2. Dipanaskan tabung reaksi di dalam penangas air mendidih selama 5 menit.

3. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi pada sampel aldehida dan keton.

5. Uji Fenol

1. Dimaukkan 2 tetes sampel dan 1 tetes FeCl3 ke dalam tabung reaksi yang bersih dan

kering.

2. Dilakukan pengocokan kuat – kuat.

3. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi pada sampel (hasil positifnya adalah

perubahan warna dari orange kehijauan akan pudar terhadap waktu).

Data

1. Uji kimia ketidakjenuhan

a. Reaksi dengan bromin

Senyawa Sebelum Ditambah Br2 Jumlah tetes

Toluena Tidak berwarna Terbentuk 2 fasa 6 tetes

Aseton Tidak berwarna Tidak terjadi perubahan 40 tetes

Etanol Tidak berwarna Tidak terjadi perubahan 40 tetes

Benzaldehida Tidak berwarna Terbentuk 2 fasa 15 tetes

b. Oksidasi dengan KMnO4

Senyawa Sebelum Ditambah KMnO4 Jumlah tetes

Toluena Tidak berwarna Endapan hitam 1 tetes

Aseton Tidak berwarna Endapan hitam 6 tetes

Etanol Tidak berwarna Endapan hitam 1 tetes

Benzaldehida Tidak berwarna Endapan hitam 2 tetes

2. Uji adanya halogen

a. Reagen 2% AgNO3 dalam etanol 95%

Senyawa Penambahan Reagen Pemanasan

Klorobenzena Terbentuk 2 fasa Terbentuk 2 fasa, berwarna coklat bening

Kloroform Terbentuk 2 fasa 1 fase , berwarna putih keabu-abuan

b. Reagen larutan 15% NaI dalam aseton kering

Waktu : 1 jam 5 menit

Senyawa Penambahan Reagen Pemanasan

Klorobenzena Terbentuk 2 fasa Terbentuk 1 fasa, berwarna coklat bening

Kloroform Terbentuk 2 fasa 1 fase , berwarna putih keabu-abuan

3. Uji adanya OH Alkohol

Senyawa Sebelum Pemanasan

Metanol Tidak berwarna Hijau pekat

Etanol Tidak berwarna Endapan hijau kehitaman, larutan berwarna hijau

2-butanol Tidak berwarna Endapan hitam, larutan kecoklatan keruh

Aseton Tidak berwarna Endapan biru tua, larutan kuning kecoklatan bening

4. Uji Aldehida

a.

Senyawa Sebelum Pemanasan

Aseton Tidak berwarna Kuning +++

Benzaldehida Tidak berwarna Kuning ++

Asetoferon Tidak berwarna Kuning +

b. Tes Fehling

Senyawa Sebelum Ditambah Fehling A dan B Pemanasan

Aseton Tidak berwarna Biru Biru +++

Benzaldehida Tidak berwarna Biru Terdapat 2 fase, berwarna biru +

Asetoferon Tidak berwarna Biru Terdapat 2 fase, berwarna biru ++

c. Tes Tollen

Senyawa Sebelum Penambahan Pemanasan selama 5 menit

AgNO3 NaOH

Aseton Tidak berwarna Larutan keruh Terdapat endapan coklat Terdapat endapan abu-

abu

Benzaldehida Tidak berwarna Larutan keruh Terdapat endapan coklat Terdapat

endapan abu-abu

Asetoferon Tidak berwarna Larutan keruh Terdapat endapan coklat Terdapat endapan

abu-abu

5. Uji fenol

Senyawa Sebelum Penambahan FeCl3 dan pengocokan

2-butanol Tidak berwarna Kuning

fenol Tidak berwarna Orange

2-propanol Tidak berwarna Orange

Hasil

1. Uji kimia ketidakjenuhan

Uji Kimia Ketidakjenuhan Senyawa Hasil

a. Reaksi dengan brom Toluena Negatif

Aseton Negatif

Etanol Negatif

Benzaldehida Negatif

b. Oksidasi dengan KMnO4 Toluena Negatif

Aseton Negatif

Etanol Negatif

Benzaldehida Positif

Aseton Benzaldehida Etanol Toluena

Gambar 1.a reaksi dengan bromide

Aseton Benzaldehida Etanol Toluena

Gambar 1.b oksidasi dengan KMnO4

2. Uji adanya halogen

Uji adanya Halogen Senyawa Hasil

a. Reagen 2% AgNO3 dalam etanol 95% Klorobenzena Negatif

Kloroform Negatif

b. Reagen larutan 15% NaI dalam aseton kering

Waktu : 1 jam 5 menit Klorobenzena Negatif

Kloroform Negatif

Klorobenzena Kloroform

Gambar 2.a reagen 2% AgNO3 dalam etanol 95%

Klorobenzena Kloroform

Gambar 2.b Reagen larutan 15% NaI dalam aseton kering

3. Uji adanya OH alcohol

Senyawa Hasil

Metanol Positif

Etanol Positif

2-butanol Positif

Aseton Negatif

2-butanol aseton etanol methanol

Gambar 3. Uji adanya OH alkohol

4. Uji aldehida dan keton

Uji aldehid dan keton Senyawa Hasil

a. Reagen : 2-4 dinitrofenilhidrazin, dietil glikol atau DMF, HCl pekat

Aseton Positif

Benzaldehida Positif

Asetofenon Positif

b. Tes fehling Aseton Negatif

Benzaldehida Negatif, harusnya positif

Asetofenon Negatif

c. Tes tollen Aseton Positif, harusnya negatif

Benzaldehida Positif

Asetofenon Positif, harusnya negatif

Asetofenon Aseton Benzaldehida

Gambar 4.a Reagen : 2-4 dinitrofenilhidrazin

Asetofenon Aseton Benzaldehida

Gambar 4.b Tes Fehling

Asetofenon Aseton Benzaldehida

Gambar 4.b Tes Tollens

5. Uji fenol

Senyawa Hasil

2-butanol Negatif

Fenol Negatif

2-propanol Negatif

1-propanol Butanol Fenol

Gambar 5. Uji fenol

Pembahasan Hasil

Percobaan pertama adalah meguji ketidakjenuhan. Identifikasi ketidakjenuhan adalah

mengidentifikasi ikatan rangkap baik rangkap dua, maupun rangkap tiga yang terdapat

dalam senyawa kimia. Uji ketidakjenuhan menggunakan dua metode yaitu

menggunakan brom dan KMnO4. Brom (Br2) bereaksi sangat cepat dengan senyawa

yang mengandung ikatan rangkap. Reaksi tersebut dapat diketahui dari perubahan

warna larutan. Brom adalah larutan yang berwarna merah kecoklatan, dan apabila

bereaksi dengan senyawa yang mengandung ikatan rangkap maka warna merah

kecoklatan akan hilang dan menjadi larutan yang tidak berwarna.

Senyawa yang diidentifikasi adalah toluena, aseton, etanol, dan benzaldehida. Uji

ketidakjenuhan yang pertama adalah toluena. Toluena adalah larutan yang tidak

berwarna dan ditambahkan reagen 5% Br2 dalam oktanol. Namun, larutan Br2 tidak

berwarna merah kecoklatan, sehingga penambahan larutan Br2 tidak merubah warna

larutan menjadi merah kecoklatan. Hal tersebut dikarenakan Br2 yang digunakan

memiliki konsentrasi yang kecil, akibatnya tidak dapat diamati perubahan warnanya.

Penambahan Br2 pada toluena menghasilkan larutan yang berbeda fase. Larutan yang

dibawah adalah larutan toluena, sedangkan yang di atas adalah Br2 , sebab densitas

toluena lebih besar dibandingkan Br2. Perbedaan fase tersebut mengindikasikan bahwa

toluena dan Br2 tidak bereaksi dengan toluena.

Toluena memiliki ikatan rangkap, namun hasilnya negatif karena toluena tidak dapat

bereaksi dengan Br2 disebabkan karena toluena merupakan turunan senyawa benzana

sehingga tidak bida substitusi. Toluena dapat bereaksi dengan Br2 apabila terdapat

katalis asam(Fessenden, 1982).

Senyawa kedua yang diuji adalah aseton. Hasil yang didapat dengan penambahan

reagen Br2 adalah tidak ada perubahan yaitu larutan tetap bening (tidak berwarn). Hal

ini berarti keduanya tidak terjadi reaksi. Apabila dilihat dari strukturnya, aseton memiliki

ikatan rangkap. Namun, karena memiliki halangan steric yang besar maka aseton tidak

dapat bereaksi. Alasan lain yaitu karena keton mempunyai gugus karbonil dan halogen

merupakan nukleofil yang kuat maka apabila direaksikan akan menghasilkan gugus

alkoksi. Br2 sendiri merupakan senyawa yang lebih lemah dari karbonil, sehingga Br2

yang diikat oleh atom C akan dilepaskan kembali sehingga kesetimbangan cenderung

bergeser ke arah reaktan.

Senyawa ketiga adalah etanol yang merupakan larutan tidak berwarna. Penambahan

larutan Br2 tidak mempengaruhi larutan (tidak ada perubahan), artinya larutan tidak

bereaksi. Hal itu sesuai dengan struktur etanol yang tidak mempunyai ikatan rangkap.

Benzaldehida adalah senyawa yang diuji selanjutnya. Senyawa ini ditambahkan reagen

Br2 unutk mengidentifikasi ketidakjenuhan atau ikatan rangkap. Hasil dari pengujian ini

adalah negatif, sebab terbentuk dua fasa. Larutan yang berada di bawah adalah

benzaldehida sedangkan larutan yang ada di atas adalah bromin, sebab densitas

bromin lebih rendah dibandingkan benzaldehida. Uji ketidakjenuhan benzaldehida

negatif karena merupakan senyawa aromatik yang memiliki elektron terdelokalisasi

secara merata sehingga memiliki struktur yang stabil. Senyawa turunan benzena yang

bersifat aromatis tidak bisa diadisi dan apabila diadisi akan menghasilkan senyawa yang

bersifat tidak aromatis.

Uji ketidakjenuhan yang kedua menggunakan oksidasi KMnO4. Reaksi positif

menggunakan oksidasi KMnO4 adalah adanya perubahan warna dari ungu menjadi

coklat. Uji ini digunakan pada larutan aseton, benzaldehida, etanol, dan toluena.

Keempat larutan tersebut ditambahkan larutan KMnO4 dan menghasilkan larutan

berwarna hitam. Namun, kelamaan larutan benzaldehida berwarna coklat. Hasil ini

menandakan bahwa benzaldehida mengandung struktur yang tidak jenuh atau ikatan

rangkap. Hal tersebut sesuai dengan rumus benzaldehida, yaitu

Reksi oksidasi benzaldehida dengan KMnO4 menghasilkan senyawa baru yaitu asam

benzoate(Fessenden, 1982).

Ketiga senyawa yang lain yaitu aseton, etanol, dan toluena tidak menghasilkan hasil

positif. Larutan tetap berwana ungu pekat. Hal tersebut karena senyawa tersebut tidak

dapat dioksidasi. Aseton atau propanon tidak dapat dioksidasi karena posisi ikatan

rangkap yang berada di tengah dan atom C tidak mengikat atom hidrogen.

Etanol dapat dioksidasi menjadi aldehid dan asam karboksilat. Reaksi etanol dengan

KMnO4 berlangsung dan dihasilkan senyawa golongan aldehida yaitu asetaldehida.

Namun, hasil uji ketidakjenuhan bernilai negatif sebab etanol tidak memiliki ikatan

rangkap. Namun, pada hasil yang didapat penambahan KMnO4 dihasilkan endapan

yang berwarna merah kecoklatan. Hasil ini disebabkan karena kesalahan praktikan,

mungkin karena alat yang terkontaminasi oleh senyawa lain sehingga menghasilkan

hasil yang positif.

Toluena dapat dioksidasi menggunakan KMnO4 karena toluena merupakan turunan

benzena dan memiliki elektron yang terdelokalosasi secara merata sehingga strukturnya

stabil. Namun, Toluena dapat dioksidasi dengan menggunakan katalis asam

menghasilkan asam benzoat karena gugus metil yang dioksidasi dan menghasilkan

asam benzoat yang memiliki struktur yang stabil(Bruice, 2007).

Uji selanjutnya adalah uji adanya halogen. Uji ini menggunakan dua reagen yaitu

menggunakan AgNO3 dan NaI. Senyawa yang diidentifikasi adalah klorobenzena, dan

kloroform. Hasil positif dari reaksi menggunakan AgNO3 adalah larutan yang semula

tidak berwarna akan menjadi larutan yang berwarna putih dan keruh.

Klorobenzena adalah senyawa turunan benzena yang stabil. Klorobenzena yang

direaksikan dengan AgNO3 menghasilkan larutan yang berwarna coklat, seharusnya

menghasilkan endapan putih. Endapan putih yang tidak dihasilkan ini disebabkan klorin

yang terdapat pada senyawa telah menguap. Reaksi ini berdasarkan reaksi adisi

nukleofilik, NO3- akan menggantikan halogen menghasilkan nitro benzena (reaksi

nitrasi). Hasil penambahan klorobenzena AgNO3 pada klorobenzena adalah negatif.

Seharusnya penambahan ini menghasilkan reaksi positif, karena gugus halogen yang

dioksidasi akan digantikan oleh NO3- sebagai cabang benzena dan menghasilkan

senyawa yang stabil pula.

Uji senyawa klorobenzena menggunakan NaI tidak dapat terjadi, sebab ion klorida pada

senyawa klorobenzena memiliki elektronegativitas yang lebih tinggi dibandingkan ion

iodida pada NaI, sehingga I tidak dapat mendesak Cl.

Hasil yang sama juga terjadi pada reaksi antara kloroform dengan NaI. Klorofrom tidak

dapat bereaksi dengan NaI dikarenakan I- memiliki elektronegativitas yang lebih rendah

dibandingkan Cl-.

Uji halogen kloroform menggunakan AgNO3 bereaksi. Hal ini dikarenakan Ag akan

mengikat halogen dan NO3 akan terikat pada karbon senyawa kloroform. Reaksi ini

akan menghasilkan endapan putih. Namun, hasil yang didapat tidak sesuai karena

hanya terdapat larutan yang berwarna putih. Hal ini disebabkan halogen yang terdapat

pada senyawa tersebut telah menguap sehingga tidak menghasilkan endapan putih.

Uji yang ketiga yaitu uji adanya alkohol. Senyawa yang diuji adalah methanol, etanol, 2-

butanol, dan aseton. Uji adanya alkohol ini menggunakan asam kromat. Hal ini

disebabkan karena asam kromat mampu mengoksidasi alkohol primer menjadi asam

karboksilat. Alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton, sedangkan alkohol tersier tidak

dapat dioksidasi dengan asam kromat. Uji positif ini menghasilkan endapat hijau

disebabkan ion dikromat(VI) direduksi menjadi sebuah larutan hijau yang mengandung

ion kromium(III). Penambahan asam kromat pada methanol merubah larutan yang

awalnya tidak berwarna menjadi hijau pekat. Hasil ini menandakan bahwa pada etanol

terdapat gugus OH (reaksi positif).

Penambahan asam kromat pada etanol merubah larutan yang awalnya tidak berwarna

menjadi larutan berwarna hijau. Endapan dari pencampuran asam kromat dan etanol

adalah berupa endapan hijau. Hasil ini merupakan hasil positif untuk pengujian adanya

OH.

Penambahan asam kromat pada 2-butanol memnghasilkan larutan yang berwarna

kecoklatan keruh dan terbentuk endapan hitam. Hasil ini sebenarnya kurang sesuai,

karena apabila dilihat strukturnya, senyawa 2-butanol mengandung gugus OH. Hal ini

disebabkan karena OH pada 2-butanol terletak pada posisi sekunder, sehingga apabila

dieaksikan akan membentuk propanon, sehingga perubahan warna yang terjadi tidak

sesuai dengan perubahan reagen yang sesuai.

Penambahan asam kromat pada aseton menghasilkan endapan berwarna biru tua

dengan larutan berwarna kuning kecoklatan. Penambahan ini tidak menyebabkan asam

kromat dan aseton bereksi. Hasil ini merupakan hasil negatif dan sesuai dengan struktur

molekulnya, karena tidak mengandung gugus OH sehingga tidak teridentifikasi.

Uji yang keempat adalah uji aldehida dan keton menggunakan 2,4-dinitrofenilhidrazin.

Senyawa yang diidentifikasi adalah aseton, benzaldehida, dan asetofenon. Hasil positif

menggunakan 2,4-dinitrohidrazin adalah terbentuk endapan berwarna kuning atau

bewarna merah pada padatan terlarutnya besar. 2,4-dinitrofenilhidrazin digunakan untuk

mengidentifikasi adanya karbonil.

Penambahan 2,4-dinitrohidrazin pada aseton setelah dipanaskan tidak menghasilkan

endapan berwarna kuning, namun menghasilkan larutan berwarna kuning pekat,

sehingga bisa dikatakan uji keton menggunakan aseton merupakan hasil positif.

Penambahan 2,4-dinitrohidrazin pada benzaldehida setelah dipanaskan tidak

menghasilkan endapan kuning, namun menghasilkan larutan yang berwarna kuning.

Penambahan 2,4-dinitrohidrazin pada asetofenon setelah dipanaskan juga tidak

menghasilkan endapan kuning, namun hanya menghasilkan larutan yang berwarna

kuning.

Larutan kuning yang dihasilkan sudah mengindikasikan adanya gugus aldehid dan

keton. Pemanasan pada uji ini bertujuan untuk mempercepat reaksi.

Uji aldehida dan keton yang kedua menggunakan tes fehling yaitu fehling A dan fehling

B. Reaksi positif dari uji fehling ini adalah terjadinya perubahan warna dari biru menjadi

merah bata. Larutan Fehling mengandung ion tembaga(II) yang dikompleks dengan ion

tartrat dalam larutan natrium hidroksida. Pengompleksan ion tembaga(II) dengan ion

tartrat dapat mencegah terjadinya endapan tembaga(II) hidroksida(Fessenden, 1982).

Tes fehling akan bereaksi dengan aldehid menghasilkan endapan merah bata,

sedangkan keton dengan tes fehling tidak bereaksi. Uji fehling pada asetofenon, aseton,

dan benzaldehida menghasilkan larutan yang berwarna biru. Ketiga senyawa tersebut

dipanaskan selama lima menit. Hasilnya asetofenon (biru ++) memiliki batas fasa yang

sedikit, sedangkan pada benzaldehida menghasilkan larutan yang berwarna biru lebih

muda dari asetofenon (biru +) dan fasa yang terpisah berwarna kuning. Aseton tidak

mengalami perubahan (larutan tetap berwarna biru tua (biru +++).

Uji aldehida dan keton dengan tes fehling ini terbukti bahwa keton menghasilkan tes

negative karena tidak terbentuk endapan merah bata. Asetofenon dan aseton tidak

menunjukkan hasil positif karena merupakan keton, sedangkan benzaldehida

menunjukkan hasil negative karena tes fehling tidak dapat digunakan untuk

mengidentifikasi senyawa aldehid aromatis. Fehling tidak dapat mengoksidasi senyawa

cincin benzena melainkan hanya dapat mengoksidasi gugus alkilnya saja sehingga

warna benzaldehida tidak berubah menjadi merah bata.

Uji aldehida dan keton yang ketiga dengan menggunakan tes tollens. Aldehid yang

direaksikan dengan pereaksi tollens menghasilkan cermin perak, sedangkan pada keton

tidak bereaksi. Aseton, asetofenon, dan benzaldehida menghasilkan endapan coklat

keabu-abuan. Ketiga senyawa tersebut dipanaskan dan dihasilkan endapan abu-abu.

Namun, seharusnya hanya senyawa benzaldehida yang menghasilkan cermin perak.

Hal ini disebabkan karena dalam setiap senyawa mengandung atom C,H, dan O.

Seharusnya aseton dan asetofenon tidak menghasilkan tes postif. Karena aseton dan

asetofenon merupakan senyawa keton, sehingga tidak bereaksi dan tidak menghasilkan

endapan abi-abu atau cermin perak. Kesalahan ini disebabkan praktikan kurang teliti

dalam melakukan uji karena mungkin tabung reaksi yang digunakan terkontaminasi

senyawa lain.

Uji kelima adalah uji adanya fenol. Hasil positif reaksi ini menghasilkan warna ungu,

kuning, merah jambu sesuai dengan struktur fenol dengan besi (III). Uji ini dengan

menggunakan 2-butanol, fenol, dan 2-propanol. Hasil yang didapatkan adalah 1-

propanol berwarna kuning, fenol dan 2-propanol berwarna orange. Hasil yang

didapatkan ini tidak sesuai sebab senyawa yang sudah ditambahkan reagen dan

dikocok tetap berwarna seperti semula, tidak menunjukkan adanya perubahan warna

yang semakin pudar. Seharusnya, fenol bereaksi menghasilkan warna yang semakin

pudar. Hal ini disebabkan konsentrasi atau kadar FeCl3 yang digunakan terlalu lemah,

sehingga tidak dapat mendeteksi adanya fenol dalam suatu senyawa.

\

Kesimpulan

1. Identifikasi senyawa organik dengan menambahkan suatu reagen yang spesifik

terhadap gugus fungsi.

Referensi

Andrian. 2012. http://dannaadriann.blogspot.com/2012/01/identifikasi-hidrokarbon.html.

Serial online[diakses pada tanggal 26 Februari 2014]

Bruice,Paula Y. 2007. Organic Chemistry fifth edition. London : Pearson Education

Dewi. 2013. http://widewidewi.blogspot.com/2013/08/laporan-praktikum- identifikasi-

senyawa.html. Serial Online[diakses pada tanggal 26 Februari 2014]

Fessenden, R.J. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Koordinator praktikum kimia organik. 2014. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Jember :

Universitas Jember

Nuriman. 2007. Kimia Organik. Jember : Universitas Jember

Sjaifullah. 2008. Kimia Organik. Jember : Universitas Jember

Saran

Praktikum selanjutnya harus lebih cekatan dalam menggunakan senyawa organik,

sebab senyawa organik mudah menguap, dan teknik lab harus lebih ditingkatkan agar

didapatkan hasil yang sesuai dengan fakta0fakta yang ada.

A. Gugus fungsi

Atom atau kelompok atom yang paling menentukan sifat suatu senyawa

dan merupakan ciri khas dari suatu deret homolog kimia karbon

disebut gugus fungsi. Jika etana (C2H6) memiliki deret homolog alkana,

dan satu atom H-nya digantikan dengan gugus alkohol (—OH) maka

menjadi C2H5OH. Maka, akan berdampak pada perubahan sifat senyawa

(fisis dan kimia) dari etana ke etanol (C2H5OH). Kesimpulan: gugus

fungsi akan membuat sifat dan struktur alkana berubah, tetapi masih dalam

satu deret homolog

1.

.Gugus fungsi —OH (alkohol atau alkanol)

Pada pembahasan di atas etana berbeda dengan etanol. Etanol termasuk

ke dalam gugus alkohol karena mempunyai gugus fungsi —OH dalam

rumus kimianya (C2H5OH). Seperti pada pelajaran sifat koligatif larutan,

alkohol mudah menguap jadi sering digunakan untuk parfum.

2. Gugus fungsi —O— (eter atau alkoksialkana)

Disebut alkosialkana karena penggabungan dari kata: Al , oksi, alkana.

Yang artinya (ambil contoh CH3—CH2—O—H3)

^^^Al = adalah rantai karbon sebelah kiri eter yaitu CH3—CH2 atau C2H5

(etil)

^^^O = eter (—O—)

^^^Alkana = adalah alkana yang atom H-nya menjadi gugus alkil yaitu CH3

3. Gugus fungsi —CHO (aldehida atau alkanal)

Disebut alkanal karena mempunyai gugus mirip dengan alkohol dan asam

karboksilat, ada OH dan COOH-nya. Nah, dalam aldehida terdapat dalam

formalin dan pengawetan mayat

4. Gugus fungsi —CO— (keton atau alkanon)

Gugus fungsi ini disebut keton karena mengandung atom karbon dan

oksigen berjumlah satu (1). Karbon mewakili hurus Ke, dan oksigen

mewaklili huruf ton dalam nama turunan alkana keton. Keton biasanya

digunakan untuk pembersih kuku.

5. Gugus fungsi —COOH (asam karboksilat atau asam alkanoat)

Turunan alkana satu ini berbeda sama sekali karena nantinya dalam tata

nama senyawa, hanya asam karboksilat-lah yang menggunakan nama

depan asam serta menandakannya dengan huruf yunani alpha, beta,

gamma, dan omega. Contohnya CH3COOH dalam asam cuka

6. Gugus fungsi —COOR (ester atau alkil alkanoat)

Disebut alkil alkanoat karena R mewakili alkil, dan COO mewakili alkanoat

dalam gugus fungsinya. Nama ester hampir mirip dengan nama eter, jadi

harus hati-hati ya dalam tata namanya nanti

7. Gugus fungsi —X (haloalkana atau alkil halida)

Turunan alkana satu ini mempunyai nama yang unik yaitu haloalkana,

seolah-olah menyapa turunan alkana gitu lho. Ckckck. Gugus X dalam

turunan alkana ini adalah atom-atom halogen (golongan VIIA). Alkil halida

disebut juga monohaloalkana.

B. Senyawa turunan alkana

Senyawa yang dapat dianggap berasal dari senyawa alkana dengan

satu atau lebih atom hidrogennya diganti oleh gugus fungsi tertentu

disebut senyawa turunan alkana. Seperti dijelaskan pada “gugus

fungsi”, turunan alkana punya 7 buah turunan dengan gugus fungsi

berbeda. Di bawah ini adalah data lebih lengkap mengenai turunan

alkana disertai gugus fungsi dan contohnya:

Dalam tabel di atas, ada ketentuan:

^^^R = gugus alkil = CnH2n+1

^^^R’ = gugus yang sama dengan R namun letaknya berbeda

^^^X = unsur-unsur halogen (golongan VIIA)

Di bawah ini adalah contoh jenis gugus fungsi pada senyawa turunan

alkana:

Sifat-Sifat Gugus Fungsi

Sifat Fisika dan Kimia Alkohol

 Sifat Fisika

1. Titik didih alkohol relatif tinggi.Hal ini merupakan akibat langsung dari daya tarik

intermolekuler yang kuat.

2. Semua alkohol adalah polar tetapi tidak semua alkohol dapat larut dalam.

 Sifat Kimia

1. Dehidrasi alkohol.

2. Oksidasi alkohol.

3. Reaksi alkohol dengan logam Na dan K.

4. Esterifikasi.

Sifat Fisika dan Kimia Eter

 Sifat Fisika

1. Titik didih eter lebih kecil bila dibandingkan dengan alkohol.

2. Eter sedikit larut dalam air.

 Sifat Kimia

1. Eter bersifat inert seperti halnya alkana, eter tidak bereaksi dengan

oksidator,reduktor maupun basa. Sifat inilah yang menyebabkan eter banyak

.digunakan sebagai pelarut organik.

Sifat Fisika dan Kimia Aldehida

 Sifat Fisika

1. titik didihnya relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan senyawa nonpolar

yang setara.

2. Pada umumnya aldehida berfase cair,kecuali formaldehid yang berfase gas.

Formaldehid dan asetaldehid larut dalam air, sejalan dengan bertambahnya

rantai karbon, kelarutan dalam air akan turun.

 Sifat Kimia

1. Aldehida sangat mudah dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan reaksi

fehling dan Tollens.

2. Aldehida tidak membentuk ikatan hidrogen.

Sifat Fisika dan Kimia Keton

 Sifat Fisika

1. Titik didh keton relatif lebih tinggi daripada senyawa hidrokarbon dengan massa

molekul relatif yang hampir sama.

2. Larut dalam air.

3. Banyak keton yang memiliki bau harum.

 Sifat Kimia

1. Bila keton direduksi akan menghasilkan alkohol sekunder.

2. Keton tidak dapat dioksidasi oleh pereaksi Fehling dan Tollens

Sifat Fisika dan Kimia Asam Karboksilat

 Sifat Fisika

1. Pada umumnya titik didih asam karboksilat relatif tinggi.

2. Molekul asam karboksilat bersifat sangat polar.

3. Asam karboksilat dengan jumlah atom karbon rendah mempunyai bau asam ,

sedangkan jumlah atom karbon empat hingga delapan berupa cairan tidak

berwarna yang mempunyai bau yang sangat tidak enak.

 Sifat Kimia

1. Asam Lemah.

2. Reaksi yang terjadi tergolong reaksi netralisasi.

3. Reaksi esterifikasi.

Sifat Fisika dan Kimia Ester

 Sifat Fisika

1. Molekul ester bersifat polar.

2. Titik didih ester terletak antara keton dan eter dengan massa molekul relatif

yang hampir sama.

3. Ester dengan massa molekul relatif rendah larut dalam air.

4. Ester dengan sepuluh karbon atau kurang berupa cairan yang mudah menguap

dan baunya enak seperti buah-buahan.

 Sifat Kimia

1. Mengalami reaksi hidrolisis.

2. Mengalami reaksi reduksi.

Sifat Fisika dan Kimia Haloalkana

 Sifat Fisika’

1. Senyawa haloalkana tidak membentuk ikatan hidrogen dan tidak larut dalam air.

 Sifat Kimia

1. Haloalkana mengalami reaksi substitusi dengan suatu basa membentuk alkohol.

2. Haloalkana mengalami reaksi eliminasi dengan pereaksi basa kuat.

3. Haloalkana bereaksi dengan Na menghasilkan Alkana.

CONTOH SOAL:

1. Senyawa-senyawa dalam satu homolog mempunyai sifat-sifat sebagai

berikut, kecuali…

A. Mempunyai rumus umum sama

B. Mempunyai gugus fungsi sama

C. Mempunyai sifat kimia sama

D. Suku-suku berturutan mempunyai selisih massa molekul relatif

sebesar 14 satuan

E. Titik didih meningkat seiring dengan bertambah panjangnya rantai

karbon

–> Penyelesaian:

Obsein D salah karena pernyataan tsb hanya dimiliki oleh homolog alkana,

tidak dimiliki homolog alkena dan alkuna.

2. Gugus fungsi alkil alkanoat terdapat pada …

A. CH3COCH3

B. CH3COOCH3

C. CH3CHO

D. CH3CH2OH

E. C2H5COOH

–> Penyelesaian:

Alkil alkanoal mempunyai gugus fungsi R—COO—R’:

^^^Obsein A: terdapat gugus keton : CH3—CO—CH3

^^^Obsein B: gugus alkil alkanoat: CH3—COO—CH3

^^^Obsein C: gugus aldehida: CH3—CHO

^^^Obsein D: gugus alkohol: CH3—CH2—OH

^^^Obsein E: gugus asam karboksilat: C2H5—COOH

3. Gugus fungsi aldehida adalah …

A. —OH                                            D. —COOH

B. —O—                                           E. —CO—

C. —CHO—

4. Gugus fungsi eter, aldehida, dan ester berturut-turut adalah …

A. —O— ; —COOH ; —CO—

B. —OH ; —O— ; —COO—

C. —COO ; —CHO ; —O—

D. —O— ; —CHO ; —COO—

E. —CO ; —COH ; —O—

5. Di antara senyawa berikut, yang tergolong eter adalah …

   –> Penyelesaian:

  3.1.   ALAT BAHAN

Alat :

1.      Tabung reaksi berukuran 150 ml

2.      Bunsen

3.      Tabung reaksi yang berukuran 75 mm

Bahan:

1.        Alkohol 0.5 ml

2.        Air 5 ml

3.        NaoH 5 ml

4.        I2 / KI

5.        Kristal CHI3

6.        K2CrO7  0.1 M

7.        H2SO4 pekat 1 ml

8.        Asam organik /basa

9.        Bila padat /1.2 ml (4/5 tetes bila larutan)

10.    Kertas lakmus

11.    Kristal asam salisilat 0.1 g ( 0.2 ml, 4/5 tetes

larutan asam

12.    NaHCO3 2 ml

13.    KMNO4 2 ml 0.1 M

14.    Etanol 1 ml

15.    Senyawa nitrobenzena 10 mg

16.    Fe ( NH4)2 1.5 ml

17.    (SO4)2 15% 1.5 ml

18.    KOH 1 ml

19.    Asam salisilat HOC6H4 COOH

20.    H2SO4 3ml 5 tetes

21.    Metanol CH3OH

3.2.   PROSEDUR KERJA

I.       Alkohol

A.

Tabung reaksi 150 ml

Uji Iodoform

Dimasukkan 0,5 ml alkohol dalam 5 ml air

Ditambah 5 ml NaOH 10 % (1)

Digoyang, sambil diteteskan I 2  / KI 10%

Penangas air



Dipanaskan tabung reaksi

Ditambah lagi I 2  / KI

Tabung reaksi

Didinginkan

Digoyang, sambil ditambahkan beberapa tetes NaOH 10%

Diisi aquades dan dibiarkan 10 menit

Dicatat dan diamati

B.  

Tabung reaksi 150 ml

Oksidasi Alkohol

Dituangkan 2 ml K 2 Cr 2 O 7  0,1 M

Ditambah 1 ml H 2 SO 4  pekat

Diaduk

Didinginkan

Alkohol



Ditambahkan

Dicatat dan diamati

II.

Tabung reaksi 150 ml

Aldehida dan Keton

(1)

Dicampurkan 1 ml aldehida dengan 3 ml NaHSO 3  40%

Ditambahkan 1 atau 2 tetes alkohol

Digoyang

Terbentuk senyawa padat



Ditambahkan 3 ml air

Diulangi percobaan (1, 2, 3) dengan keton

III. Asam dan Basa

A.

Asam organik dan basa

Keasaman

0,1 gr / 1,2 ml asam organik dan basa

Disediakan

Tabung 75 ml

Ditambahkan

Diisi 1 ml air suling

Kertas lakmus

Di uji pH

B.  

Tabung reaksi 150 ml

Dekarboksilasi

Dimasukkan 0,1 gr kristal asam salisilat

Ditambah 2 ml NaHCO 3  10%

Diperhatikan

C.  

2 ml 0,1 M KMnO4

Oksidasi

Tabung reaksi 150 ml

Dituangkan

Ditambah 1 ml etanol dan d Diperhatikan

IV.

Tabung reaksi 150 ml

Senyawa Nitro

Dimasukkan 10 mg senyawa nitrobenzena

Dicampurkan 1,5 ml Fe(NH 4 ) 2 (SO 4 ) 2  15 %

Ditambah 1ml KOH 15% (suasana alkohol)

Diaduk kuat-kuat

Diperhatikan

V.    Ester

Tabung reaksi 75 ml

Pembuatan minyak gandapura

Dimasukkan HOC 6 H 4 COOH

Ditambah 5 tetes H 2 SO 4  3 M

Ditambah 3 tetes air

Penangas air

Ditambah 3 atau 4 tetes CH 3 OH (setelah 1,5 menit)

Ditempatkan tabung reaksi 20-30 menit (suhu 60 0 Celcius)

3.3.       DATA PENGAMATAN

I.     Alkohol

A.    Uji Iodoform

Nama

Alkohol

Nama

Golongan

Pengamatan Hasil

Iodoform

1. Metanol Alkohol

primer

- Aldehid

2. Etanol Alkohol

primer

Bau tidak menyengat,

setelah penambahan

I 2 terbentuk kristal

berwarna coklat, dan

setelah dipanaskan

menjadi coklat tua. Serta

setelah bereaksi dengan

Aldehid

NaOH berubah warna

menjadi hitam, lalu lama

kelamaan menjadi biru tua.

3. i-Propanol Alkohol

sekunder

- Aldehid

4. t-Butanol Alkohol

sekunder

- Aldehid

B.     Oksidasi Alkohol

Nama Alkohol Nama

Golongan

Pengamatan Hasil Oksidasi

1.     Metanol Alkohol primer Bau tidak menyengat, mula-mula

berwarna hitam setelah ditambah

H 2 SO 4 , lalu berubah menjadi biru tua

setelah penambahan alkohol.

Aldehid

2.     Etanol Alkohol primer - Aldehid etanal

3.     i-Propanol Alkohol

sekunder

Mula-mula berwrna kuning muda, lalu

biru, coklat, dan terakhir biru tua,

Aldehid

4.     t-Butanol Alkohol

sekunder

Menghasilkan warna orange Aldehid

II.  Aldehida dan Keton

Uji Natrium Bisulfat

Nama Senyawa Perubahan Akibat Uji

1.    Aldehid +NaOH 3  40% Terdapat endapan putih susu, tidak

larut dalam air, dan terbentuk

senyawa padat

2.    Aseton Terbentuk lapisan bening,

endapan, dan tidak larut dalam air

III.   Asam dan Basa

A.    pH

Nama Senyawa Asam/Basa Struktur Kimia

1. CH 3 COOH Asam                     O

CH 2 —C—OH

2. NaOH Basa Na—OH

B.     Uji Natrium Bikarbonat

Nama Senyawa Perubahan Akibat Uji

Asam Salisilat + NaHCO 3 Tidak terbentuk gelembung gas

C.     Oksidasi

             O

  Reaksi              : C 2 H 5 OH    KmnO 4        CH 3 —C—OH

  Pengamatan     :

Terjadi perubahan warna dari ungu(KmnO 4 ) menjadi ungu pekat, dan        beraroma buah-

buahan, serta terjadi perubahan suhu.

  Kesimpulan     : oksidasi alkohol primer menghasilkan Asam karboksil.

IV.   Senyawa Nitro

Uji ferohidroksida

Nama Senyawa Perubahan Akibat Uji Struktur Kimia Produk

Feridroksida[Fe(OH) 3 ]

Terbentuk endapan, dan terjadi

perubahan warna dari hijau menjadi

merah coklat

R—NH 2  +Tugas kimia

organik

-AGUS SETIAWAN

1. mengidentifikaasi gugus fungsi

2. eksplorasi gugus fungsi dan sipatnya, contoh soal

3 ekplorasi praktikum uji gugus fungsi

MENGIDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

Judul : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik

Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari teknik pengukuran fisik untuk mengidentifikasi suatu

senyawa organik.

2. Uji kimia untuk mengidentifikasi gugus fungsional senyawa organik.

Pendahuluan

Senyawa kimia mempunyai sifat fisik dan kimia yang berbeda antara senyawa satu

dengan yang lainnya. Sifat fisik dan kimia bisa dilihat dari gugus fungsi yang menempel

pada senyawa. Gugus fungsi adalah kelompok atom dengan pola ikatan tertentu yang

bisa digunakan sebagai penanda. Gugus fungsi tersebut antara lain alkane, alkena,

alkuna, alkohol, alkanon, aldehida, ester, dan lain-lain (Sjaifullah,2008:6).

Masing – masing gugus fungsi tersebut memiliki ciri khusus karena ikatan yang dibentuk

tidak sama satu dengan yang lain. Alkohol memiliki gugus fungsi –OH, sedangkan

alkena memiliki ikatan hidrokarbon dengan dua ikatan rangkap.

Terdapat beberapa gugus fungsi selain alkohol dan alkena,, misalnya gugus karbonil.

Gugus karbonil mengandung gugus asil yaitu R-C=O yang terikat pada residu lain.

Gugus asil pada keton dan aldehid terikat pada atom C dan H yang tidak dapat

menstabilisasi muatan negative sehingga tidak dapat berperan sebagai gugus pergi

dalam reaksi substitusi (Nuriman, 2007).

Gugus fungsi dapat diidentifikasi dengan mereaksikan sampel dengan reagen tertentu.

Alkohol dapat diidentifikasi dengan metode Lucas, yaitu sampel uji ditambahkan dengan

reagen Lucas dan diamati perubahan yang terjadi. Metode tes kromat dilakukan dengna

menambahkan sedikit aseton dan asam kromat, kemudian diamati perubahan yang

terjadi. Metode iodoform dengan menambahkan sedikit NaOH, sedangkan metode tes

Feri klorida dengan menambahkan beberapa feri klorida. Metode reaksi dengan

Na2CO3 dan NaHCO3 dengan menambahkan zat tersebut ke dalam sampel yang akan

diidentifikasi (Dewi, 2013).

Hidrokarbon dapat diidentifikasi dengan beberapa uji, yaitu uji bromin dan uji Baeyer. Uji

bromin bertujuan untuk mengetahui pengaruh cahaya dalam mempercepat terjadinya

reaksi hidrokarbon. Hasil positif uji bromin apabila gas HBr berwarna coklat sampai

kuning terbentuk. Sifat gas ini bersifat asam dan beracun. Uji Baeyer dilakukan untuk

menunjukkan kereaktifan hidrokarbon alifatik, alisiklik, dan aromatik terhadap oksidator

KMnO4 yang merupakan katalis. Hasil positif uji Baeyer ditandai dengan adanya

perubahan pada larutan yang tidak berwarna hingga menjadi endapan hitam (Andrian,

2012).

Alkohol dan hidrokarbon memiliki reagen spesifik untuk menguji gugus fungsi. Setiap

gugus fungsi memiliki reaksi yang spesifik dengan reagen tertentu sehingga dapat

digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa. Percobaan ini akan mempelajari

bagaimana cara mengidentifikasi suatu senyawa organik.

Prinsip Kerja

Prinsip kerja yang digunakan adalah mengidentifikasi senyawa organik berdasarkan

gugus fungsi yang menandakan sifat fisik dan kimia suatu senyawa tersebut.

Alat

1. Labu ukur 10mL

2. Tabung reaksi

3. Pemanas listrik

4. Pipet tetes

5. Gelas ukur 50mL

6. Termometer 0-110

7. Penangas air

8. Beaker glass 500mL

Bahan

1. Larutan 5% Br2 dalam n-oktanol atau CH2Cl2

2. Toluena

3. Etanol

4. Aseton

5. Heksena

6. Sikloheksena

7. Bensaldehida

8. Fenol

9. Methanol

10. 1-propanol

11. 2-butanol

12. Butiraldehida

13. Asetofenon

14. ,n-oktanol

15. Klorobensena

16. asetil klorida

17. bensilklorida

18. t-butil bromide

19. larutan 1% Br2

20. larutan FeCl3 5%

21. larutan 2% KmnO4

22. larutan 5% Br2 dalam CH2Cl2

23. 5% Br2 dalam oktanol atau CH2Cl2 atau 1% dalam air

24. larutan 15% NaI dalam aseton

25. 2% AgNO3 dalam etanol 95%

26. 5 gram CrO3 dalam 15 ml air

27. 5 ml H2SO4 pekat

28. 2,4-dinitofenilhidrasin

29. dietilen glikol atau DMF

30. HCl pekat,

31. larutan 5% AgNO3

32. larutan 5% NaOH

33. larutan NH3 encer

34. Fehling A: 34,64 g CuSO4.5H2O dalam 500 mL larutan

35. Fehling B: 65 g NaOH dan 173 g KNa tartarat dalam 500 mL larutan.

Prosedur Kerja

1. Uji kimia ketidakjenuhan

a. Reaksi dengan brom

Reagen : 5% Br2 dalam oktanol atau CH2Cl2 atau 1% dalam air

1. Dimasukkan 4 tetes heksena atau sampel lainnya yang disediakan, misalnya toluena,

aseton, etanol, bensaldehida ke dalam tabbung reaksi bersih dan kering.

2. Ditambahkan 2mL n-oktanol.

3. Dikocok campuran tersebut perlahan – lahan dan ditambahkan tetes demi tetes

larutan brom sampai tidak terjadi perubahan warna.

4. Dicatat jumlah tetes tiap sampel.

b. Oksidasi dengan KMnO4

Reagen : larutan 2% KMnO4

1. Dilarutkan 4 tetes heksena atau sampel lainnya yang disediakan, misalnya toluena,

aseton, etanol, bensaldehida ke dalam sedikit mungkin aseton atau air di dalam tabung

reaksi kering dan bersih.

2. Ditambahkan tetes demi tetes larutan KMnO4 sampai terjadi endapan hitam (atau

larutan menjadi keruh).

3. Dicatat jumlah tetes tiap sampel.

2. Uji adanya halogen

a. Reagen : 2% AgNO3 dalam etanol 95,5%

1. Dimasukkan 3 tetes klorobensena atau sampel lainnya yang disediakan, misalnya n-

butil klorida, kloroform, bensil klorida, bensoil klorida, t-butil bromida di dalam tabung

reaksi kering dan bersih.

2. Ditambahkan 2mL reagen AgNO3.

3. Didiamkan selama beberapa menit.

4. Dimasukkan tabung reaksi ke dalam penangas air (50-60oC)

5. Dicatat waktu yang diperlukan untuk terjadinya endapan.

3. Uji adanya OH alkohol

a. Reagen : Asam Kromat

1. Dimasukkan 4 tetes sampel metanol, etanol, 2-butanol, metil klorida, 1 tetes aseton

dan 1 tetes larutan asam kromat ke dalam tabung reksi yang bersih dan kering.

2. Dikocok campuran tersebut.

3. Diamati perubahan yang terjadi, jika positif larutan akan berubah warna dari kuning ke

biru kehijauan atau terbentuk endapan.

4. Uji aldehida dan keton

a. Reagen : 2-4 dinitrofenilhidrazin, dietil glikol atau DMF, HCl pekat

1. Dimasukkan 2 tetes sampel (aseton, bensaldehida, butiraldehida, asetofenon), 2mL

etanol 95% dan 1 mL larutan fenilhidrazin.

2. Dilakukan pengocokan kuat-kuat.

3. Dipanaskan dengan pembakar spirtus apabila terbentuk endapan.

4. Diamati perubahan yang terjadi (tes positif akan terbentuk endapan kuning – merah).

b. Tes Fehling

Reagen : Fehling A : 34,64 g CuSO4.5H2O dalam 500 mL

Fehling B : 65 g NaOH dan 173 g KNa tartarat dalam 500 mL larutan

1. Dimasukkan 1 mL sampel, 1 mL reagen fehling A dan B ke dalam tabung reaksi.

2. Dipanaskan tabung reaksi di dalam penangas air mendidih selama 5 menit.

3. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi pada sampel aldehida dan keton.

c. Tes Tollen

Reagen : larutan 5% AgNO3, larutan 5% NaOH, larutan NH3 encer (pengenceran 10

kali ammonia pekat).

1. Dimasukkan sampel, 1mL larutan 5% AgNO3, 1mL larutan 5% NaOH, dan 5 tetes

ammonia ke dalam tabung reaksi yang bersih.

2. Dipanaskan tabung reaksi di dalam penangas air mendidih selama 5 menit.

3. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi pada sampel aldehida dan keton.

5. Uji Fenol

1. Dimaukkan 2 tetes sampel dan 1 tetes FeCl3 ke dalam tabung reaksi yang bersih dan

kering.

2. Dilakukan pengocokan kuat – kuat.

3. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi pada sampel (hasil positifnya adalah

perubahan warna dari orange kehijauan akan pudar terhadap waktu).

Data

1. Uji kimia ketidakjenuhan

a. Reaksi dengan bromin

Senyawa Sebelum Ditambah Br2 Jumlah tetes

Toluena Tidak berwarna Terbentuk 2 fasa 6 tetes

Aseton Tidak berwarna Tidak terjadi perubahan 40 tetes

Etanol Tidak berwarna Tidak terjadi perubahan 40 tetes

Benzaldehida Tidak berwarna Terbentuk 2 fasa 15 tetes

b. Oksidasi dengan KMnO4

Senyawa Sebelum Ditambah KMnO4 Jumlah tetes

Toluena Tidak berwarna Endapan hitam 1 tetes

Aseton Tidak berwarna Endapan hitam 6 tetes

Etanol Tidak berwarna Endapan hitam 1 tetes

Benzaldehida Tidak berwarna Endapan hitam 2 tetes

2. Uji adanya halogen

a. Reagen 2% AgNO3 dalam etanol 95%

Senyawa Penambahan Reagen Pemanasan

Klorobenzena Terbentuk 2 fasa Terbentuk 2 fasa, berwarna coklat bening

Kloroform Terbentuk 2 fasa 1 fase , berwarna putih keabu-abuan

b. Reagen larutan 15% NaI dalam aseton kering

Waktu : 1 jam 5 menit

Senyawa Penambahan Reagen Pemanasan

Klorobenzena Terbentuk 2 fasa Terbentuk 1 fasa, berwarna coklat bening

Kloroform Terbentuk 2 fasa 1 fase , berwarna putih keabu-abuan

3. Uji adanya OH Alkohol

Senyawa Sebelum Pemanasan

Metanol Tidak berwarna Hijau pekat

Etanol Tidak berwarna Endapan hijau kehitaman, larutan berwarna hijau

2-butanol Tidak berwarna Endapan hitam, larutan kecoklatan keruh

Aseton Tidak berwarna Endapan biru tua, larutan kuning kecoklatan bening

4. Uji Aldehida

a.

Senyawa Sebelum Pemanasan

Aseton Tidak berwarna Kuning +++

Benzaldehida Tidak berwarna Kuning ++

Asetoferon Tidak berwarna Kuning +

b. Tes Fehling

Senyawa Sebelum Ditambah Fehling A dan B Pemanasan

Aseton Tidak berwarna Biru Biru +++

Benzaldehida Tidak berwarna Biru Terdapat 2 fase, berwarna biru +

Asetoferon Tidak berwarna Biru Terdapat 2 fase, berwarna biru ++

c. Tes Tollen

Senyawa Sebelum Penambahan Pemanasan selama 5 menit

AgNO3 NaOH

Aseton Tidak berwarna Larutan keruh Terdapat endapan coklat Terdapat endapan abu-

abu

Benzaldehida Tidak berwarna Larutan keruh Terdapat endapan coklat Terdapat

endapan abu-abu

Asetoferon Tidak berwarna Larutan keruh Terdapat endapan coklat Terdapat endapan

abu-abu

5. Uji fenol

Senyawa Sebelum Penambahan FeCl3 dan pengocokan

2-butanol Tidak berwarna Kuning

fenol Tidak berwarna Orange

2-propanol Tidak berwarna Orange

Hasil

1. Uji kimia ketidakjenuhan

Uji Kimia Ketidakjenuhan Senyawa Hasil

a. Reaksi dengan brom Toluena Negatif

Aseton Negatif

Etanol Negatif

Benzaldehida Negatif

b. Oksidasi dengan KMnO4 Toluena Negatif

Aseton Negatif

Etanol Negatif

Benzaldehida Positif

Aseton Benzaldehida Etanol Toluena

Gambar 1.a reaksi dengan bromide

Aseton Benzaldehida Etanol Toluena

Gambar 1.b oksidasi dengan KMnO4

2. Uji adanya halogen

Uji adanya Halogen Senyawa Hasil

a. Reagen 2% AgNO3 dalam etanol 95% Klorobenzena Negatif

Kloroform Negatif

b. Reagen larutan 15% NaI dalam aseton kering

Waktu : 1 jam 5 menit Klorobenzena Negatif

Kloroform Negatif

Klorobenzena Kloroform

Gambar 2.a reagen 2% AgNO3 dalam etanol 95%

Klorobenzena Kloroform

Gambar 2.b Reagen larutan 15% NaI dalam aseton kering

3. Uji adanya OH alcohol

Senyawa Hasil

Metanol Positif

Etanol Positif

2-butanol Positif

Aseton Negatif

2-butanol aseton etanol methanol

Gambar 3. Uji adanya OH alkohol

4. Uji aldehida dan keton

Uji aldehid dan keton Senyawa Hasil

a. Reagen : 2-4 dinitrofenilhidrazin, dietil glikol atau DMF, HCl pekat

Aseton Positif

Benzaldehida Positif

Asetofenon Positif

b. Tes fehling Aseton Negatif

Benzaldehida Negatif, harusnya positif

Asetofenon Negatif

c. Tes tollen Aseton Positif, harusnya negatif

Benzaldehida Positif

Asetofenon Positif, harusnya negatif

Asetofenon Aseton Benzaldehida

Gambar 4.a Reagen : 2-4 dinitrofenilhidrazin

Asetofenon Aseton Benzaldehida

Gambar 4.b Tes Fehling

Asetofenon Aseton Benzaldehida

Gambar 4.b Tes Tollens

5. Uji fenol

Senyawa Hasil

2-butanol Negatif

Fenol Negatif

2-propanol Negatif

1-propanol Butanol Fenol

Gambar 5. Uji fenol

Pembahasan Hasil

Percobaan pertama adalah meguji ketidakjenuhan. Identifikasi ketidakjenuhan adalah

mengidentifikasi ikatan rangkap baik rangkap dua, maupun rangkap tiga yang terdapat

dalam senyawa kimia. Uji ketidakjenuhan menggunakan dua metode yaitu

menggunakan brom dan KMnO4. Brom (Br2) bereaksi sangat cepat dengan senyawa

yang mengandung ikatan rangkap. Reaksi tersebut dapat diketahui dari perubahan

warna larutan. Brom adalah larutan yang berwarna merah kecoklatan, dan apabila

bereaksi dengan senyawa yang mengandung ikatan rangkap maka warna merah

kecoklatan akan hilang dan menjadi larutan yang tidak berwarna.

Senyawa yang diidentifikasi adalah toluena, aseton, etanol, dan benzaldehida. Uji

ketidakjenuhan yang pertama adalah toluena. Toluena adalah larutan yang tidak

berwarna dan ditambahkan reagen 5% Br2 dalam oktanol. Namun, larutan Br2 tidak

berwarna merah kecoklatan, sehingga penambahan larutan Br2 tidak merubah warna

larutan menjadi merah kecoklatan. Hal tersebut dikarenakan Br2 yang digunakan

memiliki konsentrasi yang kecil, akibatnya tidak dapat diamati perubahan warnanya.

Penambahan Br2 pada toluena menghasilkan larutan yang berbeda fase. Larutan yang

dibawah adalah larutan toluena, sedangkan yang di atas adalah Br2 , sebab densitas

toluena lebih besar dibandingkan Br2. Perbedaan fase tersebut mengindikasikan bahwa

toluena dan Br2 tidak bereaksi dengan toluena.

Toluena memiliki ikatan rangkap, namun hasilnya negatif karena toluena tidak dapat

bereaksi dengan Br2 disebabkan karena toluena merupakan turunan senyawa benzana

sehingga tidak bida substitusi. Toluena dapat bereaksi dengan Br2 apabila terdapat

katalis asam(Fessenden, 1982).

Senyawa kedua yang diuji adalah aseton. Hasil yang didapat dengan penambahan

reagen Br2 adalah tidak ada perubahan yaitu larutan tetap bening (tidak berwarn). Hal

ini berarti keduanya tidak terjadi reaksi. Apabila dilihat dari strukturnya, aseton memiliki

ikatan rangkap. Namun, karena memiliki halangan steric yang besar maka aseton tidak

dapat bereaksi. Alasan lain yaitu karena keton mempunyai gugus karbonil dan halogen

merupakan nukleofil yang kuat maka apabila direaksikan akan menghasilkan gugus

alkoksi. Br2 sendiri merupakan senyawa yang lebih lemah dari karbonil, sehingga Br2

yang diikat oleh atom C akan dilepaskan kembali sehingga kesetimbangan cenderung

bergeser ke arah reaktan.

Senyawa ketiga adalah etanol yang merupakan larutan tidak berwarna. Penambahan

larutan Br2 tidak mempengaruhi larutan (tidak ada perubahan), artinya larutan tidak

bereaksi. Hal itu sesuai dengan struktur etanol yang tidak mempunyai ikatan rangkap.

Benzaldehida adalah senyawa yang diuji selanjutnya. Senyawa ini ditambahkan reagen

Br2 unutk mengidentifikasi ketidakjenuhan atau ikatan rangkap. Hasil dari pengujian ini

adalah negatif, sebab terbentuk dua fasa. Larutan yang berada di bawah adalah

benzaldehida sedangkan larutan yang ada di atas adalah bromin, sebab densitas

bromin lebih rendah dibandingkan benzaldehida. Uji ketidakjenuhan benzaldehida

negatif karena merupakan senyawa aromatik yang memiliki elektron terdelokalisasi

secara merata sehingga memiliki struktur yang stabil. Senyawa turunan benzena yang

bersifat aromatis tidak bisa diadisi dan apabila diadisi akan menghasilkan senyawa yang

bersifat tidak aromatis.

Uji ketidakjenuhan yang kedua menggunakan oksidasi KMnO4. Reaksi positif

menggunakan oksidasi KMnO4 adalah adanya perubahan warna dari ungu menjadi

coklat. Uji ini digunakan pada larutan aseton, benzaldehida, etanol, dan toluena.

Keempat larutan tersebut ditambahkan larutan KMnO4 dan menghasilkan larutan

berwarna hitam. Namun, kelamaan larutan benzaldehida berwarna coklat. Hasil ini

menandakan bahwa benzaldehida mengandung struktur yang tidak jenuh atau ikatan

rangkap. Hal tersebut sesuai dengan rumus benzaldehida, yaitu

Reksi oksidasi benzaldehida dengan KMnO4 menghasilkan senyawa baru yaitu asam

benzoate(Fessenden, 1982).

Ketiga senyawa yang lain yaitu aseton, etanol, dan toluena tidak menghasilkan hasil

positif. Larutan tetap berwana ungu pekat. Hal tersebut karena senyawa tersebut tidak

dapat dioksidasi. Aseton atau propanon tidak dapat dioksidasi karena posisi ikatan

rangkap yang berada di tengah dan atom C tidak mengikat atom hidrogen.

Etanol dapat dioksidasi menjadi aldehid dan asam karboksilat. Reaksi etanol dengan

KMnO4 berlangsung dan dihasilkan senyawa golongan aldehida yaitu asetaldehida.

Namun, hasil uji ketidakjenuhan bernilai negatif sebab etanol tidak memiliki ikatan

rangkap. Namun, pada hasil yang didapat penambahan KMnO4 dihasilkan endapan

yang berwarna merah kecoklatan. Hasil ini disebabkan karena kesalahan praktikan,

mungkin karena alat yang terkontaminasi oleh senyawa lain sehingga menghasilkan

hasil yang positif.

Toluena dapat dioksidasi menggunakan KMnO4 karena toluena merupakan turunan

benzena dan memiliki elektron yang terdelokalosasi secara merata sehingga strukturnya

stabil. Namun, Toluena dapat dioksidasi dengan menggunakan katalis asam

menghasilkan asam benzoat karena gugus metil yang dioksidasi dan menghasilkan

asam benzoat yang memiliki struktur yang stabil(Bruice, 2007).

Uji selanjutnya adalah uji adanya halogen. Uji ini menggunakan dua reagen yaitu

menggunakan AgNO3 dan NaI. Senyawa yang diidentifikasi adalah klorobenzena, dan

kloroform. Hasil positif dari reaksi menggunakan AgNO3 adalah larutan yang semula

tidak berwarna akan menjadi larutan yang berwarna putih dan keruh.

Klorobenzena adalah senyawa turunan benzena yang stabil. Klorobenzena yang

direaksikan dengan AgNO3 menghasilkan larutan yang berwarna coklat, seharusnya

menghasilkan endapan putih. Endapan putih yang tidak dihasilkan ini disebabkan klorin

yang terdapat pada senyawa telah menguap. Reaksi ini berdasarkan reaksi adisi

nukleofilik, NO3- akan menggantikan halogen menghasilkan nitro benzena (reaksi

nitrasi). Hasil penambahan klorobenzena AgNO3 pada klorobenzena adalah negatif.

Seharusnya penambahan ini menghasilkan reaksi positif, karena gugus halogen yang

dioksidasi akan digantikan oleh NO3- sebagai cabang benzena dan menghasilkan

senyawa yang stabil pula.

Uji senyawa klorobenzena menggunakan NaI tidak dapat terjadi, sebab ion klorida pada

senyawa klorobenzena memiliki elektronegativitas yang lebih tinggi dibandingkan ion

iodida pada NaI, sehingga I tidak dapat mendesak Cl.

Hasil yang sama juga terjadi pada reaksi antara kloroform dengan NaI. Klorofrom tidak

dapat bereaksi dengan NaI dikarenakan I- memiliki elektronegativitas yang lebih rendah

dibandingkan Cl-.

Uji halogen kloroform menggunakan AgNO3 bereaksi. Hal ini dikarenakan Ag akan

mengikat halogen dan NO3 akan terikat pada karbon senyawa kloroform. Reaksi ini

akan menghasilkan endapan putih. Namun, hasil yang didapat tidak sesuai karena

hanya terdapat larutan yang berwarna putih. Hal ini disebabkan halogen yang terdapat

pada senyawa tersebut telah menguap sehingga tidak menghasilkan endapan putih.

Uji yang ketiga yaitu uji adanya alkohol. Senyawa yang diuji adalah methanol, etanol, 2-

butanol, dan aseton. Uji adanya alkohol ini menggunakan asam kromat. Hal ini

disebabkan karena asam kromat mampu mengoksidasi alkohol primer menjadi asam

karboksilat. Alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton, sedangkan alkohol tersier tidak

dapat dioksidasi dengan asam kromat. Uji positif ini menghasilkan endapat hijau

disebabkan ion dikromat(VI) direduksi menjadi sebuah larutan hijau yang mengandung

ion kromium(III). Penambahan asam kromat pada methanol merubah larutan yang

awalnya tidak berwarna menjadi hijau pekat. Hasil ini menandakan bahwa pada etanol

terdapat gugus OH (reaksi positif).

Penambahan asam kromat pada etanol merubah larutan yang awalnya tidak berwarna

menjadi larutan berwarna hijau. Endapan dari pencampuran asam kromat dan etanol

adalah berupa endapan hijau. Hasil ini merupakan hasil positif untuk pengujian adanya

OH.

Penambahan asam kromat pada 2-butanol memnghasilkan larutan yang berwarna

kecoklatan keruh dan terbentuk endapan hitam. Hasil ini sebenarnya kurang sesuai,

karena apabila dilihat strukturnya, senyawa 2-butanol mengandung gugus OH. Hal ini

disebabkan karena OH pada 2-butanol terletak pada posisi sekunder, sehingga apabila

dieaksikan akan membentuk propanon, sehingga perubahan warna yang terjadi tidak

sesuai dengan perubahan reagen yang sesuai.

Penambahan asam kromat pada aseton menghasilkan endapan berwarna biru tua

dengan larutan berwarna kuning kecoklatan. Penambahan ini tidak menyebabkan asam

kromat dan aseton bereksi. Hasil ini merupakan hasil negatif dan sesuai dengan struktur

molekulnya, karena tidak mengandung gugus OH sehingga tidak teridentifikasi.

Uji yang keempat adalah uji aldehida dan keton menggunakan 2,4-dinitrofenilhidrazin.

Senyawa yang diidentifikasi adalah aseton, benzaldehida, dan asetofenon. Hasil positif

menggunakan 2,4-dinitrohidrazin adalah terbentuk endapan berwarna kuning atau

bewarna merah pada padatan terlarutnya besar. 2,4-dinitrofenilhidrazin digunakan untuk

mengidentifikasi adanya karbonil.

Penambahan 2,4-dinitrohidrazin pada aseton setelah dipanaskan tidak menghasilkan

endapan berwarna kuning, namun menghasilkan larutan berwarna kuning pekat,

sehingga bisa dikatakan uji keton menggunakan aseton merupakan hasil positif.

Penambahan 2,4-dinitrohidrazin pada benzaldehida setelah dipanaskan tidak

menghasilkan endapan kuning, namun menghasilkan larutan yang berwarna kuning.

Penambahan 2,4-dinitrohidrazin pada asetofenon setelah dipanaskan juga tidak

menghasilkan endapan kuning, namun hanya menghasilkan larutan yang berwarna

kuning.

Larutan kuning yang dihasilkan sudah mengindikasikan adanya gugus aldehid dan

keton. Pemanasan pada uji ini bertujuan untuk mempercepat reaksi.

Uji aldehida dan keton yang kedua menggunakan tes fehling yaitu fehling A dan fehling

B. Reaksi positif dari uji fehling ini adalah terjadinya perubahan warna dari biru menjadi

merah bata. Larutan Fehling mengandung ion tembaga(II) yang dikompleks dengan ion

tartrat dalam larutan natrium hidroksida. Pengompleksan ion tembaga(II) dengan ion

tartrat dapat mencegah terjadinya endapan tembaga(II) hidroksida(Fessenden, 1982).

Tes fehling akan bereaksi dengan aldehid menghasilkan endapan merah bata,

sedangkan keton dengan tes fehling tidak bereaksi. Uji fehling pada asetofenon, aseton,

dan benzaldehida menghasilkan larutan yang berwarna biru. Ketiga senyawa tersebut

dipanaskan selama lima menit. Hasilnya asetofenon (biru ++) memiliki batas fasa yang

sedikit, sedangkan pada benzaldehida menghasilkan larutan yang berwarna biru lebih

muda dari asetofenon (biru +) dan fasa yang terpisah berwarna kuning. Aseton tidak

mengalami perubahan (larutan tetap berwarna biru tua (biru +++).

Uji aldehida dan keton dengan tes fehling ini terbukti bahwa keton menghasilkan tes

negative karena tidak terbentuk endapan merah bata. Asetofenon dan aseton tidak

menunjukkan hasil positif karena merupakan keton, sedangkan benzaldehida

menunjukkan hasil negative karena tes fehling tidak dapat digunakan untuk

mengidentifikasi senyawa aldehid aromatis. Fehling tidak dapat mengoksidasi senyawa

cincin benzena melainkan hanya dapat mengoksidasi gugus alkilnya saja sehingga

warna benzaldehida tidak berubah menjadi merah bata.

Uji aldehida dan keton yang ketiga dengan menggunakan tes tollens. Aldehid yang

direaksikan dengan pereaksi tollens menghasilkan cermin perak, sedangkan pada keton

tidak bereaksi. Aseton, asetofenon, dan benzaldehida menghasilkan endapan coklat

keabu-abuan. Ketiga senyawa tersebut dipanaskan dan dihasilkan endapan abu-abu.

Namun, seharusnya hanya senyawa benzaldehida yang menghasilkan cermin perak.

Hal ini disebabkan karena dalam setiap senyawa mengandung atom C,H, dan O.

Seharusnya aseton dan asetofenon tidak menghasilkan tes postif. Karena aseton dan

asetofenon merupakan senyawa keton, sehingga tidak bereaksi dan tidak menghasilkan

endapan abi-abu atau cermin perak. Kesalahan ini disebabkan praktikan kurang teliti

dalam melakukan uji karena mungkin tabung reaksi yang digunakan terkontaminasi

senyawa lain.

Uji kelima adalah uji adanya fenol. Hasil positif reaksi ini menghasilkan warna ungu,

kuning, merah jambu sesuai dengan struktur fenol dengan besi (III). Uji ini dengan

menggunakan 2-butanol, fenol, dan 2-propanol. Hasil yang didapatkan adalah 1-

propanol berwarna kuning, fenol dan 2-propanol berwarna orange. Hasil yang

didapatkan ini tidak sesuai sebab senyawa yang sudah ditambahkan reagen dan

dikocok tetap berwarna seperti semula, tidak menunjukkan adanya perubahan warna

yang semakin pudar. Seharusnya, fenol bereaksi menghasilkan warna yang semakin

pudar. Hal ini disebabkan konsentrasi atau kadar FeCl3 yang digunakan terlalu lemah,

sehingga tidak dapat mendeteksi adanya fenol dalam suatu senyawa.

\

Kesimpulan

1. Identifikasi senyawa organik dengan menambahkan suatu reagen yang spesifik

terhadap gugus fungsi.

Referensi

Andrian. 2012. http://dannaadriann.blogspot.com/2012/01/identifikasi-hidrokarbon.html.

Serial online[diakses pada tanggal 26 Februari 2014]

Bruice,Paula Y. 2007. Organic Chemistry fifth edition. London : Pearson Education

Dewi. 2013. http://widewidewi.blogspot.com/2013/08/laporan-praktikum- identifikasi-

senyawa.html. Serial Online[diakses pada tanggal 26 Februari 2014]

Fessenden, R.J. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Koordinator praktikum kimia organik. 2014. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Jember :

Universitas Jember

Nuriman. 2007. Kimia Organik. Jember : Universitas Jember

Sjaifullah. 2008. Kimia Organik. Jember : Universitas Jember

Saran

Praktikum selanjutnya harus lebih cekatan dalam menggunakan senyawa organik,

sebab senyawa organik mudah menguap, dan teknik lab harus lebih ditingkatkan agar

didapatkan hasil yang sesuai dengan fakta0fakta yang ada.

A. Gugus fungsi

Atom atau kelompok atom yang paling menentukan sifat suatu senyawa

dan merupakan ciri khas dari suatu deret homolog kimia karbon

disebut gugus fungsi. Jika etana (C2H6) memiliki deret homolog alkana,

dan satu atom H-nya digantikan dengan gugus alkohol (—OH) maka

menjadi C2H5OH. Maka, akan berdampak pada perubahan sifat senyawa

(fisis dan kimia) dari etana ke etanol (C2H5OH). Kesimpulan: gugus

fungsi akan membuat sifat dan struktur alkana berubah, tetapi masih dalam

satu deret homolog

1.

.Gugus fungsi —OH (alkohol atau alkanol)

Pada pembahasan di atas etana berbeda dengan etanol. Etanol termasuk

ke dalam gugus alkohol karena mempunyai gugus fungsi —OH dalam

rumus kimianya (C2H5OH). Seperti pada pelajaran sifat koligatif larutan,

alkohol mudah menguap jadi sering digunakan untuk parfum.

2. Gugus fungsi —O— (eter atau alkoksialkana)

Disebut alkosialkana karena penggabungan dari kata: Al , oksi, alkana.

Yang artinya (ambil contoh CH3—CH2—O—H3)

^^^Al = adalah rantai karbon sebelah kiri eter yaitu CH3—CH2 atau C2H5

(etil)

^^^O = eter (—O—)

^^^Alkana = adalah alkana yang atom H-nya menjadi gugus alkil yaitu CH3

3. Gugus fungsi —CHO (aldehida atau alkanal)

Disebut alkanal karena mempunyai gugus mirip dengan alkohol dan asam

karboksilat, ada OH dan COOH-nya. Nah, dalam aldehida terdapat dalam

formalin dan pengawetan mayat

4. Gugus fungsi —CO— (keton atau alkanon)

Gugus fungsi ini disebut keton karena mengandung atom karbon dan

oksigen berjumlah satu (1). Karbon mewakili hurus Ke, dan oksigen

mewaklili huruf ton dalam nama turunan alkana keton. Keton biasanya

digunakan untuk pembersih kuku.

5. Gugus fungsi —COOH (asam karboksilat atau asam alkanoat)

Turunan alkana satu ini berbeda sama sekali karena nantinya dalam tata

nama senyawa, hanya asam karboksilat-lah yang menggunakan nama

depan asam serta menandakannya dengan huruf yunani alpha, beta,

gamma, dan omega. Contohnya CH3COOH dalam asam cuka

6. Gugus fungsi —COOR (ester atau alkil alkanoat)

Disebut alkil alkanoat karena R mewakili alkil, dan COO mewakili alkanoat

dalam gugus fungsinya. Nama ester hampir mirip dengan nama eter, jadi

harus hati-hati ya dalam tata namanya nanti

7. Gugus fungsi —X (haloalkana atau alkil halida)

Turunan alkana satu ini mempunyai nama yang unik yaitu haloalkana,

seolah-olah menyapa turunan alkana gitu lho. Ckckck. Gugus X dalam

turunan alkana ini adalah atom-atom halogen (golongan VIIA). Alkil halida

disebut juga monohaloalkana.

B. Senyawa turunan alkana

Senyawa yang dapat dianggap berasal dari senyawa alkana dengan

satu atau lebih atom hidrogennya diganti oleh gugus fungsi tertentu

disebut senyawa turunan alkana. Seperti dijelaskan pada “gugus

fungsi”, turunan alkana punya 7 buah turunan dengan gugus fungsi

berbeda. Di bawah ini adalah data lebih lengkap mengenai turunan

alkana disertai gugus fungsi dan contohnya:

Dalam tabel di atas, ada ketentuan:

^^^R = gugus alkil = CnH2n+1

^^^R’ = gugus yang sama dengan R namun letaknya berbeda

^^^X = unsur-unsur halogen (golongan VIIA)

Di bawah ini adalah contoh jenis gugus fungsi pada senyawa turunan

alkana:

Sifat-Sifat Gugus Fungsi

Sifat Fisika dan Kimia Alkohol

 Sifat Fisika

1. Titik didih alkohol relatif tinggi.Hal ini merupakan akibat langsung dari daya tarik

intermolekuler yang kuat.

2. Semua alkohol adalah polar tetapi tidak semua alkohol dapat larut dalam.

 Sifat Kimia

1. Dehidrasi alkohol.

2. Oksidasi alkohol.

3. Reaksi alkohol dengan logam Na dan K.

4. Esterifikasi.

Sifat Fisika dan Kimia Eter

 Sifat Fisika

1. Titik didih eter lebih kecil bila dibandingkan dengan alkohol.

2. Eter sedikit larut dalam air.

 Sifat Kimia

1. Eter bersifat inert seperti halnya alkana, eter tidak bereaksi dengan

oksidator,reduktor maupun basa. Sifat inilah yang menyebabkan eter banyak

.digunakan sebagai pelarut organik.

Sifat Fisika dan Kimia Aldehida

 Sifat Fisika

1. titik didihnya relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan senyawa nonpolar

yang setara.

2. Pada umumnya aldehida berfase cair,kecuali formaldehid yang berfase gas.

Formaldehid dan asetaldehid larut dalam air, sejalan dengan bertambahnya

rantai karbon, kelarutan dalam air akan turun.

 Sifat Kimia

1. Aldehida sangat mudah dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan reaksi

fehling dan Tollens.

2. Aldehida tidak membentuk ikatan hidrogen.

Sifat Fisika dan Kimia Keton

 Sifat Fisika

1. Titik didh keton relatif lebih tinggi daripada senyawa hidrokarbon dengan massa

molekul relatif yang hampir sama.

2. Larut dalam air.

3. Banyak keton yang memiliki bau harum.

 Sifat Kimia

1. Bila keton direduksi akan menghasilkan alkohol sekunder.

2. Keton tidak dapat dioksidasi oleh pereaksi Fehling dan Tollens

Sifat Fisika dan Kimia Asam Karboksilat

 Sifat Fisika

1. Pada umumnya titik didih asam karboksilat relatif tinggi.

2. Molekul asam karboksilat bersifat sangat polar.

3. Asam karboksilat dengan jumlah atom karbon rendah mempunyai bau asam ,

sedangkan jumlah atom karbon empat hingga delapan berupa cairan tidak

berwarna yang mempunyai bau yang sangat tidak enak.

 Sifat Kimia

1. Asam Lemah.

2. Reaksi yang terjadi tergolong reaksi netralisasi.

3. Reaksi esterifikasi.

Sifat Fisika dan Kimia Ester

 Sifat Fisika

1. Molekul ester bersifat polar.

2. Titik didih ester terletak antara keton dan eter dengan massa molekul relatif

yang hampir sama.

3. Ester dengan massa molekul relatif rendah larut dalam air.

4. Ester dengan sepuluh karbon atau kurang berupa cairan yang mudah menguap

dan baunya enak seperti buah-buahan.

 Sifat Kimia

1. Mengalami reaksi hidrolisis.

2. Mengalami reaksi reduksi.

Sifat Fisika dan Kimia Haloalkana

 Sifat Fisika’

1. Senyawa haloalkana tidak membentuk ikatan hidrogen dan tidak larut dalam air.

 Sifat Kimia

1. Haloalkana mengalami reaksi substitusi dengan suatu basa membentuk alkohol.

2. Haloalkana mengalami reaksi eliminasi dengan pereaksi basa kuat.

3. Haloalkana bereaksi dengan Na menghasilkan Alkana.

CONTOH SOAL:

1. Senyawa-senyawa dalam satu homolog mempunyai sifat-sifat sebagai

berikut, kecuali…

A. Mempunyai rumus umum sama

B. Mempunyai gugus fungsi sama

C. Mempunyai sifat kimia sama

D. Suku-suku berturutan mempunyai selisih massa molekul relatif

sebesar 14 satuan

E. Titik didih meningkat seiring dengan bertambah panjangnya rantai

karbon

–> Penyelesaian:

Obsein D salah karena pernyataan tsb hanya dimiliki oleh homolog alkana,

tidak dimiliki homolog alkena dan alkuna.

2. Gugus fungsi alkil alkanoat terdapat pada …

A. CH3COCH3

B. CH3COOCH3

C. CH3CHO

D. CH3CH2OH

E. C2H5COOH

–> Penyelesaian:

Alkil alkanoal mempunyai gugus fungsi R—COO—R’:

^^^Obsein A: terdapat gugus keton : CH3—CO—CH3

^^^Obsein B: gugus alkil alkanoat: CH3—COO—CH3

^^^Obsein C: gugus aldehida: CH3—CHO

^^^Obsein D: gugus alkohol: CH3—CH2—OH

^^^Obsein E: gugus asam karboksilat: C2H5—COOH

3. Gugus fungsi aldehida adalah …

A. —OH                                            D. —COOH

B. —O—                                           E. —CO—

C. —CHO—

4. Gugus fungsi eter, aldehida, dan ester berturut-turut adalah …

A. —O— ; —COOH ; —CO—

B. —OH ; —O— ; —COO—

C. —COO ; —CHO ; —O—

D. —O— ; —CHO ; —COO—

E. —CO ; —COH ; —O—

5. Di antara senyawa berikut, yang tergolong eter adalah …

   –> Penyelesaian:

  3.1.   ALAT BAHAN

Alat :

1.      Tabung reaksi berukuran 150 ml

2.      Bunsen

3.      Tabung reaksi yang berukuran 75 mm

Bahan:

1.        Alkohol 0.5 ml

2.        Air 5 ml

3.        NaoH 5 ml

4.        I2 / KI

5.        Kristal CHI3

6.        K2CrO7  0.1 M

7.        H2SO4 pekat 1 ml

8.        Asam organik /basa

9.        Bila padat /1.2 ml (4/5 tetes bila larutan)

10.    Kertas lakmus

11.    Kristal asam salisilat 0.1 g ( 0.2 ml, 4/5 tetes

larutan asam

12.    NaHCO3 2 ml

13.    KMNO4 2 ml 0.1 M

14.    Etanol 1 ml

15.    Senyawa nitrobenzena 10 mg

16.    Fe ( NH4)2 1.5 ml

17.    (SO4)2 15% 1.5 ml

18.    KOH 1 ml

19.    Asam salisilat HOC6H4 COOH

20.    H2SO4 3ml 5 tetes

21.    Metanol CH3OH

3.2.   PROSEDUR KERJA

I.       Alkohol

A.

Tabung reaksi 150 ml

Uji Iodoform

Dimasukkan 0,5 ml alkohol dalam 5 ml air

Ditambah 5 ml NaOH 10 % (1)

Digoyang, sambil diteteskan I 2  / KI 10%

Penangas air



Dipanaskan tabung reaksi

Ditambah lagi I 2  / KI

Tabung reaksi

Didinginkan

Digoyang, sambil ditambahkan beberapa tetes NaOH 10%

Diisi aquades dan dibiarkan 10 menit

Dicatat dan diamati

B.  

Tabung reaksi 150 ml

Oksidasi Alkohol

Dituangkan 2 ml K 2 Cr 2 O 7  0,1 M

Ditambah 1 ml H 2 SO 4  pekat

Diaduk

Didinginkan

Alkohol



Ditambahkan

Dicatat dan diamati

II.

Tabung reaksi 150 ml

Aldehida dan Keton

(1)

Dicampurkan 1 ml aldehida dengan 3 ml NaHSO 3  40%

Ditambahkan 1 atau 2 tetes alkohol

Digoyang

Terbentuk senyawa padat



Ditambahkan 3 ml air

Diulangi percobaan (1, 2, 3) dengan keton

III. Asam dan Basa

A.

Asam organik dan basa

Keasaman

0,1 gr / 1,2 ml asam organik dan basa

Disediakan

Tabung 75 ml

Ditambahkan

Diisi 1 ml air suling

Kertas lakmus

Di uji pH

B.  

Tabung reaksi 150 ml

Dekarboksilasi

Dimasukkan 0,1 gr kristal asam salisilat

Ditambah 2 ml NaHCO 3  10%

Diperhatikan

C.  

2 ml 0,1 M KMnO4

Oksidasi

Tabung reaksi 150 ml

Dituangkan

Ditambah 1 ml etanol dan d Diperhatikan

IV.

Tabung reaksi 150 ml

Senyawa Nitro

Dimasukkan 10 mg senyawa nitrobenzena

Dicampurkan 1,5 ml Fe(NH 4 ) 2 (SO 4 ) 2  15 %

Ditambah 1ml KOH 15% (suasana alkohol)

Diaduk kuat-kuat

Diperhatikan

V.    Ester

Tabung reaksi 75 ml

Pembuatan minyak gandapura

Dimasukkan HOC 6 H 4 COOH

Ditambah 5 tetes H 2 SO 4  3 M

Ditambah 3 tetes air

Penangas air

Ditambah 3 atau 4 tetes CH 3 OH (setelah 1,5 menit)

Ditempatkan tabung reaksi 20-30 menit (suhu 60 0 Celcius)

3.3.       DATA PENGAMATAN

I.     Alkohol

A.    Uji Iodoform

Nama

Alkohol

Nama

Golongan

Pengamatan Hasil

Iodoform

1. Metanol Alkohol

primer

- Aldehid

2. Etanol Alkohol

primer

Bau tidak menyengat,

setelah penambahan

I 2 terbentuk kristal

berwarna coklat, dan

setelah dipanaskan

menjadi coklat tua. Serta

setelah bereaksi dengan

Aldehid

NaOH berubah warna

menjadi hitam, lalu lama

kelamaan menjadi biru tua.

3. i-Propanol Alkohol

sekunder

- Aldehid

4. t-Butanol Alkohol

sekunder

- Aldehid

B.     Oksidasi Alkohol

Nama Alkohol Nama

Golongan

Pengamatan Hasil Oksidasi

1.     Metanol Alkohol primer Bau tidak menyengat, mula-mula

berwarna hitam setelah ditambah

H 2 SO 4 , lalu berubah menjadi biru tua

setelah penambahan alkohol.

Aldehid

2.     Etanol Alkohol primer - Aldehid etanal

3.     i-Propanol Alkohol

sekunder

Mula-mula berwrna kuning muda, lalu

biru, coklat, dan terakhir biru tua,

Aldehid

4.     t-Butanol Alkohol

sekunder

Menghasilkan warna orange Aldehid

II.  Aldehida dan Keton

Uji Natrium Bisulfat

Nama Senyawa Perubahan Akibat Uji

1.    Aldehid +NaOH 3  40% Terdapat endapan putih susu, tidak

larut dalam air, dan terbentuk

senyawa padat

2.    Aseton Terbentuk lapisan bening,

endapan, dan tidak larut dalam air

III.   Asam dan Basa

A.    pH

Nama Senyawa Asam/Basa Struktur Kimia

1. CH 3 COOH Asam                     O

CH 2 —C—OH

2. NaOH Basa Na—OH

B.     Uji Natrium Bikarbonat

Nama Senyawa Perubahan Akibat Uji

Asam Salisilat + NaHCO 3 Tidak terbentuk gelembung gas

C.     Oksidasi

             O

  Reaksi              : C 2 H 5 OH    KmnO 4        CH 3 —C—OH

  Pengamatan     :

Terjadi perubahan warna dari ungu(KmnO 4 ) menjadi ungu pekat, dan        beraroma buah-

buahan, serta terjadi perubahan suhu.

  Kesimpulan     : oksidasi alkohol primer menghasilkan Asam karboksil.

IV.   Senyawa Nitro

Uji ferohidroksida

Nama Senyawa Perubahan Akibat Uji Struktur Kimia Produk

Feridroksida[Fe(OH) 3 ]

Terbentuk endapan, dan terjadi

perubahan warna dari hijau menjadi

merah coklat

R—NH 2  +

Tidak ada komentar:

Posting Komentar